Thu. Apr 18th, 2024
    Kampung Gede Kasepuhan Ciptagelar Sukabumi. Foto jabarprov.go.idKampung Gede Kasepuhan Ciptagelar Sukabumi. Foto jabarprov.go.id

    Lokasi dan lingkungan Kampung Gede Kasepuhan Ciptagelar Sukabumi merupakan sebuah kampung dengan ciri khas bentuk rumah serta adat istiadatnya. Orang-orang yang tinggal di Kampung Ciptagelar disebut masyarakat kasepuhan.

    Kata Kasepuhan dibentuk dari kata sepuh dengan awalan ka- dan akhiran -an/. Kata sepuh berarti ‘tua’. Jadi maksudnya adalah tempat tinggal para sesepuh. Sebutan kasepuhan juga merujuk pada ‘sistem kepemimpinan’ dari suatu komunitas berdasarkan adat kebiasaan para orang tua (sepuh atau kolot). Secara lokal, masyarakat adat pada masa lalu menamakan dirinya dengan istilah keturunan Pancer Pangawinan.

    Pada era 1960-an, Kampung Gede Kasepuhan Ciptagelar memiliki nama khusus yakni Perbu. Nama Perbu kemudian berganti menjadi kasepuhan atau kasatuan. Kampung Gede Kasepuhan Ciptagelar yang ditulis Kampung Adat Ciptagelar adalah nama baru untuk Kampung Ciptarasa. Artinya semenjak tahun 2001, Kampung Ciptarasa yang berasal dari Desa Sirnarasa melaksanakan”hijrah wangsit” ke Desa Sirnaresmi yang berjarak belasan kilometer. Di desa inilah, tepatnya berada di Kampung Sukamulya, Abah Anom atau Bapa Encup Sucipta memberi nama Ciptagelar sebagai tempat tinggal yang baru.

    Arti Kata Kasepuhan Ciptagelar Sukabumi

    Ciptagelar artinya terbuka atau pasrah. Kepindahan Kampung Ciptarasa ke kampung Ciptagelar, karena perintah leluhur dari wangsit yang diterima oleh Abah Anom. Dari hasil ritual beliau yang akhirnya patuhan terhadap leluhurnya. Masyarakat Kampung Adat Ciptagelar sebenarnya tidak hanya di kampung tesebut saja, melainkan juga menyebar di sekitar Banten, Bogor, dan Sukabumi Selatan.

    Meski begitu, sebagai acuran pemerintahannya ialah Kampung Gede, yang dihuni oleh Sesepuh Girang (pemimpin adat), Baris Kolot (para asisten Sesepuh Girang) dan masyarakat Kasepuhan Ciptagelar. Kampung Gede merupakan kampung adat yang terdiri atas adat istiadat atau peraturan dari warisan leluhur.

    Secara administratif, Kampung Ciptagelar termasuk Kampung Sukamulya Desa Sirnaresmi, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi. Kampung Ciptagelar dari Desa Sirnaresmi berjarak sekitar 14 Km dari kota kecamatan 27 Km, dari pemerintahan Kabupaten Sukabumi 103 Km. Sedangkan dan dari Bandung jaraknya 203 Km ke arah Barat. Kampung Ciptagelar dapat didatangi dengan kendaraan roda empat dan sepeda motor.

    Untuk mencapai lokasi tujuan, ada beberapa jalan alternatif. Pertama, jalurnya adalah Sukabumi-Pelabuhanratu. Dari Pelabuhanratu ke Cisolok dan berhenti di Desa Cileungsing. Dari Desa Cileungsing ke Desa Sirnarasa dan singgah di Kampung Pangguyangan. Ketika di Kampung Pangguyangan segala kendaraan roda empat di parkir.

    Kemudian, dari kampung tersebut pergi menuju Kampung Adat Ciptagelar caranya berjalan kaki atau naik ojeg. Sebagai catatan, melewati trek ini, kendaraan pribadi cuma bisa sampai di Kampung Pangguyangan. Alternatif pilihan jalan kedua adalah melewati Desa Sirnaresmi. Dari jalanan bisa langsung ke lokasi Kampung Ciptagelar Sukabumi.

    Sementara itu, jalan menuju ke Kampung Ciptagelar memiliki lebar yang bisa dilewati sebuah kendaraan beroda empat dengan dengan jalan berbatu-batu dan naik turun. Di kiri kanan kadang-kadang dapat ditemui lembah yang cukup dalam. Letak geografis Kampung Ciptagelar berada di atas ketinggian 1050 meter di atas permukaan laut dengan udara dingin dengan {emperatur antara 20°C-26° C. Kampung Ciptagelar Sukabumi dikelilingi gunung-gunung, antara lain Gunung Surandil, Gunung Karancang, dan Gunung Kendeng.

    Sistem Kepercayaan Masyarakat Kasepuhan Ciptagelar Sukabumi

    Sistem kepercayaan berasal dari nenek moyang tatali paranti karuhun. Konsep hidupnya yang menitikberatkan pada adat istiadatnya. Mereka percaya alam semesta memiliki keteraturan dan seimbang. Keteraturan dan keseimbangan alam semesta adalah hal yang mutlak. Kalau tidak dapat terjadi malapateka ketika keseimbangan alam semesta terganggu. Oleh sebab itu, tugas manusia yaitu memelihara dan menjaga keseimbangan dari berbagai faktor yang ada di alam semesta ini.

    Warga Kasepuhan Ciptagelar memiliki keyakinan bahwa seseorang yang berkeinginan berhasil dalam hidupnya atau bahagia, maka harus memiliki rasa manunggal. Maksudnya menyatukan alam makro kosmos dengan mikro kosmos. Sebuah ungkapan yaitu tilu sapamilu, dua sakarupa, hiji eta keneh (tiga sejenis, dua serupa, satu itu-itu juga). Ungkapan kalau manusia di dunia ini memiliki beragam harapan, sikap, dan sifat yang sesungguhnya sama. Makhluk yang ditercipta dari Tuhan Yang Maha Kuasa.

    Warga Kasepuhan Ciptagelar Sukabumi Hidup Berlandaskan Tatali Paranti Karuhun

    Warga Kasepuhan Ciptagelar menyelaraskan ucapan dan tingkah laku hidup berlandaskan tatali paranti karuhun (harus dilakukan sebab setiap pelanggaran mengakibatkan musibah) bagi dirinya atau masyarakat. Sistem keseimbangan membuat warga kasepuhan dapat terhindar dari berbagai malapetaka. Kepercayaan kepada tatali paranti karuhun diwujudkan dalam simbol berupa tabu (pantangan) dan lambang-lambang tertentu.

    Sebagai contoh perbuatan tabu, seperti menjual beras, mengeluarkan padi pada hari lahir (wedal),bersiul di sekitar kampung, dan mengolah sawah pada hari Jumat dan hari minggu. Adapun lambang-lambang dengan makna simbolik antara lain : sawen, rawun, pungpuhunan, dan tukuh lembur. Bagi warga Kasepuhan Ciptagelar, tabu dan simbol-simbol itu adalah alat yang menjaga lingkungan keluarga dan kelompok sosial agar selamat dari gangguan orang ataupun roh-roh jahat.

    Kepercayaan warga Kasepuhan Ciptagelar yang tak boleh mengesampingkan penghormatan terhadap Dewi Sri yang dipercayai sebagai “Dewi Padi”. Pandangan kepada Dewi Sri yang disebut Nyi Pohaci Sang-hyang Sri Ratna Inten Purnama Alam Sajati; Dewi Sri yang cuma bersemayam pada padi sekali dalam setahun, sehingga menanam padi semestinya dilaksanakan sekali dalam setahun. Pelanggaran yang dilakukan terhadap padi dan tata cara pemeliharaan akan membuat ketidakberhasilan panen yang diharapkan.

    Demikian penjelasan mengenai Kampung Gede Kasepuhan Ciptagelar Sukabumi. Manifestasi dari kepercayaan masyarakat atas yang terhadap kebiasaan dan aturan leluhur.

    Artikel menarik lainnya: Air Lahang Minuman Tradisional dari Tanah Sunda

    One thought on “Kampung Gede Kasepuhan Ciptagelar Sukabumi dan Kehidupan yang Mengikuti Perintah Para Leluhur”

    Leave a Reply

    Your email address will not be published. Required fields are marked *