Wisata Jawa Barat
Tempat Wisata Ciater: Kisah Cerita Rakyat Mbah Ebos Sang Pembuka Lahan

Tempat wisata Ciater konon awalnya adalah hutan belantara yang dihuni oleh siluman yang dapat mengganggu kehidupan manusia. Sehingga, tidak boleh dimasuki siapapun. Tetapi tak dinyana, seorang insan bernama Embah Ebos atau dikenal Eyang Ebos berani memasuki dan membuka hutan tersebut menjadi tempat bercocok tanam.
Hutan belantara secara perlahan pun dihuni oleh manusia dan menjadi sebuah perkampung yang dinamakan Ciater memiliki tanah yang sangat subur. Berbagai tumbuhan bisa ditanami di sana. Sayangnya suatu kali terjadi musim kemarau yang sangat panjang selama berbulan-bulan. Hujan tak turun. masyarakat kampung menjadi sengsara.
Lalu, Ebos dan masyarakat berdoa kepada yang maha kuasa agar dikaruniai air. Doa mereka diterima dan memacarlah air dari pohon bambu yang dinamakan pohon Ater. Dari cerita rakyat lainnya, Embah Tajimalela yang memotong pohon Ater itu dan keluar air dari bawah pohon tersebut. Hingga airnya terus mengalir hingga saat ini dan tak pernah mengalami kekeringan lagi walapun terjadi musim kekeringan yang panjang.
Begitulah awalnya Kampung Ciater yang berada di Kabupaten Subang berdiri dari hutan yang dibuka oleh Embah Ebos dan saat ini terdapat tempat wisata pemandian air panas yang tak henti dikunjungi oleh wisatawan.
Sejak Kapan Ciater Menjadi Tempat Wisata?
Di kawasan Ciater memiliki mata air panas yang saat ini menjadi tempat wisata yang dikenal dengan Sari Ater Hot Spring Resort Hotel. Pada awalnya tempat pemandian yang biasa dipergunakan oleh masyarakat sekitar Desa Ciater, Palasari dan Nagrak. Air panas yang dihasilkan menarik perhatian Hack Bessel dan diteliti.
Hack Bassel yang merupakan bangsa colonial Belanda menemukan mujarabnya air panas alam tersebut. Air panas dari Ciater bisa digunakan untuk menyembuhkan berbagai macam penyakit khususnya penyakit kulit. Ia sampai tinggal di dekat sumber air panas alam Ciater. Letaknya sekitar kantor Koperasi Karyawan PT. Sari Ater. Hingga semakin banyak orang yang mendatangi tempat wisata tersebut. Namun, peperangan sebelum masa kemerdekaan dan peralihan kekuasaan tempat Ciater menjadi dilupakan.
Ciater mendapat perhatian kembali sejak tahun 1986. Pemerintah Kabupaten Subang membangun sumber air panas alam Ciater sebagai objek wisata. Dibangun satu kolam renang dengan nama Mayangsari I atau kolam renang atas dan satu kolam kecil yang sekarang bernama kolam Imas. Waktu itu, dibangun pula sebuah kamar mandi terbuka. Pada perkembangannya, pengelola PPN DWIKORA IV (sekarang PTPXIII Ciater) melakukan pembangunan lainnya, seperti tempat parkir, kamar mandi tambahan, dan wisma wisata.
Tahun demi tahun pembangunan semakin gencar dilakukan seiring bertambahnya wisatawan yang datang. Hingga pada tahun 1989, PT. Sari Ater menjalin kerjasama dengan Griya Wisata. Selanjutnya perbaikan organisasi perusahaan dilakukan sekaligus mengganti nama menjadi Sari Ater Hot Spring Resort dengan luas kawasan hotel dan objek wisata telah menjadi 32 Ha. Lalu, berganti nama kembali menjadi dan dikenal dengan nama tempat wisata Sari Ater Resort Hotel and Recreation.
2 Comments