Larangan Wisatawan di Bali yang Sebaiknya diketahui dan Tidak Boleh Dilakukan

Larangan Wisatawan di Bali yang Sebaiknya diketahui dan Tidak Boleh Dilakukan

Larangan wisatawan di Bali dan segala pantangan yang tidak boleh dilakukan sebaiknya diketahui ketika berliburan ke pulau seribu pura ini. Sebagai tempat wisata terkenal di Indonesia, ada banyak sekali objek wisata yang didatangi pelancong setiap hari. Tidak hanya wisatawan macanegara, wisatawan lokal juga berbondong-bondong pergi kesana, meski kondiis masih Pandemi COVID-19.

Berbagai pilihan objek wisata menjadi alasan orang tetap bersikukuh untuk berwisata ke Bali. Meski menjadi tempat belibur yang bebas dikunjungi siapapun, bukan berarti tanpa ada larangan dan pantangan ke tiga pergi ke pulau dewata.

Kamu harus mengetahui apa yang bisa dilakukan dan tidak di sana dengan tidak melakukan beberapa panatangan. Ingat, wisatawan tidak boleh melanggar larangan selama mengunjungi obyek wisata selama berliburan di Bali.

Larangan Wisatawan di Bali Bagi Orang Yang Cuntaka Memasuki Area Pura

Wisatawan yang sedang cuntaka dilarang memasuki area pura. Apa itu cuntaka? Cuntaka itu sebutan bagi orang yang sedang datang bulan atau menstruasi. Pura merupakan rumah ibadah bagi umat Hindu sebagai tempat suci untuk memuja Hyang Widhi (sebutan kepada Tuhan Yang Maha Esa agama Hindu).

Darah menstruasi dianggap kotor dan dapat membuat pura menjadi tidak suci dengan kehadiran perempuan yang sedang datang bulan. Tidak hanya bagi perempuan yang menstruasi, bagi umat beragama Hindu yang mengalami cuntaka (masa “kotor”) disebabkan anggota keluarga baru meninggal juga dilarang masuk pura. Setelah melewati 12 hari sejak upacara Ngaben, keluarganya boleh kembali beribadah ke pura.

Jangan Mengambil Benda Apapun di Tempat Sakral di Bali

Bagi wisatawan yang belibur ke obyek wisata di Bali yang disakralkan jangan pernah mengambil benda apapun. Terutama tempat wisata yang memiliki nilai sejarah diwajibkan tidak boleh menyentuh dan mengambil barang apapun.

Ada banyak sekali benda-benda yang tak boleh dijamah di tempat wisata disakralkan oleh masyarakat setempat. Conohnya, kalau berkunjung ke truyan, wisatawan tidak boleh memetik atau membawa pulang daun yang menjadi sumber ke haruman tempat di sana.

Tempat sakral di Bali dapat dikenali dengan ciri-ciri terdapat pelinggih (bangunan pura) atau tanda sesajian seperti canang dan lainnya. Adapula kayu besar dan batu yang dibelitkan kain sebagai tanda tempat tersebut dikeramatkan warga.

Pantangan Bagi wisatawan di Bali Berbicara Kasar

Wisatawan juga tidak boleh berbicara kasar ketika berada selama di Bali terutama di tempat yang disakralkan masyarakat setempat. Jika melanggar larangan tersebut, kamu bisa terkena karma.

Masyarakat lokal menjadi kepercayaan bahwa kata kasar yang diucapkan akan mendapatkan karma dan mendapat balasannya. Terutama melakukan liburan ke pura sebagi tempat suci. Selain pantangan berbicara kasar, wisatawan tidak boleh naik ke pelinggih (bangunan suci). Dilarang pula membuat onar, dan perbuatan tercela lainnya. Apabila dilanggar, maka diyakini masyarakat lokal Bali akan mengalami kejadian buruk buruk dalam kehidupan.

Tidak Boleh ke Luar Rumah Pada Hari Raya Nyepi

Apabila berlibur di Bali sedang hari Nyep sebaiknya mengikuti aturan dengan tidak melanggar larangan. Semua orang dilaranng ke luar rumah, menyakan lampu, berkegiatan, apalagi membuat gaduh pada Hari Raya Nyepi. Bagi yang melanggar, maka diberi sanksi adat sesuai aturan awig desa adat pakraman bersangkutan.

Jangan Coba-Coba Sengaja Menginjak sesajian

Wisatawan yang datang ke Bali jangan coba-coba menginjak sejajian dengan sengaja. Persembahan umat Hindu seperti sesajen berupa canang kerap terdapat di pinggir jalan atau pada trotoar. Kamu bisa melihat sejajian di Bali seperti di depan warung, toko ataupun rumah.

Apabila diinjak dengan tidak sengaja bukan masalah. Sebaiknya minta maaf kepada orang di sekitar atau diucapkan dalam hati sebagai cara menghormati nilai kepercayaan dan budaya lokal di Bali.

Bagi kamu yang berwisata ke Bali, patuhi aturan yang berlaku. Karena bakal ada karma bagi yang melanggarnya. Perhatikan peraturan adat dan kepercayaan di sana sebagai wujud menghormati masyarakat di sana. Pelajari adat istiadat ataupun awig-awig pada sebuah desa pakraman, agar mengetahui sejumlah larangan lainnya yang tidak boleh dilanggar.

Artikel menarik lainnya: Wisata Danau Toba : Mendukung Destinasi Wisata Prioritas dari Budaya, Kuliner Hingga Lewat Event Olahraga

admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *