Sabumi Volunteer

Merdekakah Pendidikan di Pelosok Sukabumi ini?

Pertanyaan yang sama selalu terpikir ketika Sabumi Volunteer datang melihat pendidikan di Pelosok Sukabumi. Ketika kami melihat kenyataan bangunan sekolah hampir rubuh, kondisi jalan tidak memadai, akses buku yang sangat rendah.

Gelisah… Kami gelisah dan tak bisa menunggu jawaban dan siapa pula mau memberi jawaban. Upaya harus dilakukan dan berbuat dan menapaki jalanan ke pelosok untuk membantu dalam mengisi kekosongan dukungan terhadap sarana pendidikan. Di tempat kami lahir, bermain, dan menghabiskan waktu. Tanah lahir kami di Sukabumi.

Apalagi kalau disuguhi fakta dan data angka keterlibatan anak dalam partisipasi pendidikan masih sangat rendah, yaitu sekitar 73,89 persen. Angka tersebut menunjukkan sekitar 700.000 orang yang tidak melanjutkan sekolah dari jumlah penduduk usia 16-18 tahun. Di era yang katanya memasuki teknologi canggih, bangku sekolah pun tidak bisa di masuki.

Kepada Siapa Menanti Jawaban Kondisi Pendidikan Pelosok Sukabumi?

Menanti jawaban dari pemerintah bisa runyam, bertanya pada khalayak terlalu sibuk caci maki sesama anak negeri, bergerak dalam sunyi toh bisa memberi sedikit jawaban. Kalau sudah begitu apa yang harus dilakukan?

Saatnya bergerak tanpa berpangku tangan, agar kelak Pemerintah dan pihak lainnya melihat kalau dunia pendidikan di pelosok Sukabumi membutuhkan perhatian ekstra.

Kemerdekaan dalam pendidikan pelosok si Sukabumi yang berkeadilan biarkan kami turut ambil perannya. Tidak menunggu pihak lain yang mungkin terlalu sibuk memikirkan sektor lain. Tetapi Alfa bahwa pendidikan adalah bagian paling penting sebagai sumber pengetahuan dan nafas ilmu yang berguna bagi pembangunan bangsa.

Kami ingin menunjukkan cara yang tidak sulit untuk mendukung pendidikan di pelosok Sukabumi,salah satu caranya menyediakan dan menciptakan akses buku kepada anak-anak. Kami melakukannya di Kampung Cibiru, Desa Cicantayan, Kecamatan Cicantayan.

Tadinya tidak ada perpustakaan di sana, kami masih ingat mendirikan Taman Baca Bambu Biru bersama pengelolanya, Pibsa pada Bulan Januari 2016. Kini, dari upaya swadaya masyarakat, sudah ada ruang Perpustakaan warga yang besar. Siapa yang membangunnya? Hasil upaya dana swadaya masyarakat untuk pembangunan bangunan dari bahan bambu dan bukunya dicari melalui donasi ke donasi lainnya. Setidaknya 3.000 buku telah terkumpul dalam kurun waktu 2 tahun.

Lalu, bagaimana nasib pendidikan pelosok Sukabumi lainnya? Masih jauh dari menggembirakan, ada begitu banyak sarana pendidikan harus diperhatikan, seperti di SDN Kuta Luhur Kampung Cijangkar Desa Bantar Kalong Kecamatan Warung kiara Kab Sukabumi. Berbeda dengan Kampung Cibiru yang bagus dari akses sarana jalannya, disana dari akses jalan kurang memadai, sarana sekolah alakadarnya, hingga ada masalah lain di sana. Masalah kesehatan seorang anak yang turut kami bantu dan cukup memprihatinkan.

Kondisi Sukabumi Memang tidak Beruntung

Kondisi yang tidak jauh berbeda teradi Kampung Ciseuti Rt 07/04 desa Rambay Kec Tegal buled Kab Sukabumi. Sarana pendidikan yang jauh dari tempat tinggal membuat banyak anak-anak harus menempuh jalan 4 KM menuju SDC Cikawung. Kalau musim hujan tiba, maka mereka memilih untuk meliburkan diri, karena kondisi jalan yang sulit untuk dilewati.

Situasi lainnya juga ditemukan di RT 06 Rw 03, Desa Buana Jaya Kecamatan Bantar gadung Kabupaten Sukabumi. Kalau anak di kota mulai masuk pendidikan tingkat sekolah dasar (SD) pada usia 6 tahun atau 7 tahun. Tidak dengan anak-anak di desa tersebut. Anak-anak baru diijinkan mulai sekolah ketika usia 8 tahun karena orang tua khawatir jarak sekolah dari rumah sekitar 7 km menuju SDN Bojong Koneng berada di desa tetangga.

Baca juga :

MEMBIARKAN ANAK-ANAK MENGENDARAI MOTOR SAMA DENGAN MEMBUNUHNYA DI JALAN

Kalau melihat faktanya, kami ingin bilang banyak anak-anak yang tidak beruntung tidak bisa mengenyam pendidikan layaknya anak-anak di perkotaan. Belum lagi berbagai persoalan terus menghantui anak-anak hingga putus sekolah, seperti kondisi kemiskinan dan menyadari tidak mungkin mereka bisa melanjutkan pendidikan hingga bangku SMA. Kan pendidikan gratis? Baju sekolah, buku, tas, dan keperluan lainnya tentu harus dibayar dengan uang.

Meski kondisi pendidikan yang tampak lebih pahit dari pada segelas kopi yang Anda minum. Kami akan terus berbuat dan mendistribusikan buku dan peralatan sekolah lainnya ke pelosok Sukabumi. Meski, pertanyaan tetap sama terpikirkan oleh kami, kapan kondisi pendidikan untuk anak-anak di daerah pelosok Sukabumi bisa merdeka?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *