Wed. Apr 24th, 2024
    Pengalaman Relawan Literasi Sabumi Volunteer melakukan kegiatan demi mendukung kesetaraan pendidikan anak-anak pelosok Sukabumi.Pengalaman Relawan Literasi Sabumi Volunteer melakukan kegiatan demi mendukung kesetaraan pendidikan anak-anak pelosok Sukabumi.

    Hingga hari ini, Sabumi Volunteer tetap konsen peduli pendidikan pelosok Sukabumi. Setelah bergerak sejak tahun 2015, rasa-rasanya semakin banyak permasalahan yang ditemukan. Dari soal buku, akses jalan, fasilitas sekolah, hingga mengurusi orang sakit pun menjadi PR bagi Sabumi Volunteer.

    Selama tiga tahun perjalanan memasuki kampung demi kampung dengan akses jalan yang sering tidak mudah, maka semakin ingin bergerak terus membantu masyarakat. Hal utama yang mendapat perhatian tentu saja kepedulian akan nasib pendidikan anak-anak.

    Benar adanya pemerintah mungkin tidak menggelontorkan bantuan demi pendidikan yang adil dan merata. Tetapi ada masalah-masalah lain yang hendaknya juga mendapat perhatian. Kalau pemerintah pusat dan pemerintah daerah Sukabumi dan Provinsi Jawa Barat mau melihat lebih jauh, manga bapak-ibu sadayana dibaca permasalahan yang ada.

    Alasan Utama Peduli Pendidikan Pelosok Sukabumi Karena Ketiadaan Fasilitas Perpustakaan

    Konsen utama utama Sabumi Volunteer selama melakukan pergerakan adalah mendistribusikan buku ke kampung-kampung di Sukabumi. Entah itu kampungnya dekat atau jauh dari kota, pokoknya kami masuki saja. Misalnya, Kampung Cibiru, Desa Cicantayan dan Kampung Pangkalan, Desa Padaasih Cisaat yang sebenarnya tidak jauh-jauh amat dari jalan utama provinsi ternyata fasilitas pendukung perpustakaannya tidak mumpuni. Tidak ada perpusatkaan.

    Oleh karena itu, Sabumi Volunteer mendorong berdirinya Rumah Baca Bambu Biru yang dikelola oleh warga lokal bernama Pibsa di Kampung Cibiru Cicantayan. Alhamdulillah, sedikit demi sedikit, pengelola berhasil mendirikan bangunan Saung Maca Bambu Biru, plus bergeraknya kegiatan ekonomi pembuatan gelas bambu di sana. Kerajinan Kriya Cibiru telah dikenal sebagai pembuat kerajinan gelas bambu.

    Bagaimana dengan Kampung Pangkalan, Desa Padaasih Cisaat? Dari awalnya mendirikan taman baca Cerdikia Al-Insani. Kini, Mereka sudah mendirikan TK Alam Cerdikia Al-Insani dengan pendanaan swadaya dan pengumpulan donasi yang dilakukan para pemudanya. Ingat, pemuda kampung memiliki langkah besar memajukan pendidikan di kampung mereka Sendiri.

    Kampung-Kampung Pelosok Sukabumi Sangat Perlu Diperhatikan Kondisi Pendidikannya

    Wilayah pelosok Sukabumi sangat butuh perhatian, baik dari pemerintah maupun dari siapa saja yang ingin tergerak dalam bidang pendidikan. Kenapa pelosok Sukabumi perlu perhatian, karena untuk memasuki kampungnya saja butuh perjuangan. Para Relawan Sukabumi sering harus melewati akses jalan naik turun melalui kawasan perbukitan dan jalannya tentu saja licin. Belum lagi kalau ketemu tanah merah dan motor harus siap-siap tergelincir dalam kubangan lumpur.

    Ada pula kampung yang warganya bisa ditemui setelah menempuh perjalanan menembus hutan dengan jalanan berbatu. Jarak menuju kampungnya sangat jauh. Kalau sudah begitu perjuangan mengendarai sepeda motor harus dengan tenaga ekstra. Agar buku-buku aman, Relawan Sabumi Volunteer biasanya membawa box, jadi ketika jatuh buku tidak ikut terkena air atau lumpur. Pengalaman tersebut pernah terjadi ketika melakukan pendistribusian buku untuk Taman Baca Kuta Luhur. Lokasinya di Kampung Cijangkar, Desa Bantar Kalong Kecamatan Warungkiara, Kabupaten Sukabumi.

    Peduli Pendidikan Pelosok Bukan Persoalan yang Seksi untuk Dibicarakan

    Kalau ibaratkan sebuah topic pembicaraan, kondisi pendidikan di Sukabumi tampaknya tidak seksi untuk dibicarakan. Topik yang dibicarakan ke bidang lain yang dinilai lebih “wah” seperti dunia pariwisata Sukabumi. Pemerintah Daerah sangat gencar membahasnya. Padahal, kalau dipikir-pikir belum berdampak signifikan bagi kemajuan masyarakat di kampung-kampung, apalagi daerah pelosok Sukabumi. Yang dibutuhkan itu peduli pendidikan pelosok Sukabumi.

    Mau tahu buktinya, kami pernah berkunjung ke Kampung Cirengrang Desa Rambay Kecamatan Tegal Buled, Kabupaten Sukabumi. Disana, bangunan SD Negeri hanya mempunyai satu ruang kelas dengan dinding lapuk. Nah, anak-anak harus belajar di tempat seperti itu. Persoalannya, bukan soal bangunan saja. SD Negeri Cirengrang letaknya sangat jauh dari jalur utama Kecamatan Tegal Buled. Mereka butuh disentuh pemangunan insfrastuktur jalan yang lebih baik. Ada persoalan lainnya ternyata ada persoalan fasilitas kesehatan yang sangat dibutuhkan di sana.

    Sayangnya, kondisi tersebut tidak seksi menjadi pembahasan. Tetapi kalau membahas dunia pariwisata, begitu banyak seminar, rapat, hingga kunjungan untuk mengembangkannya. Namun, pembangunan sumberdaya manusianya malah kalah jauh dan tidak diperhatikan. Kami tetap berharap pada saatnya nanti banyak pihak yang peduli pendidikan pelosok Sukabumi.

    Baca juga : TOLONG PERHATIKAN, DOKTER DAN PERAWAT RUMAH SAKIT BUTUH APD (ALAT PELINDUNG DIRI) SEGERA

    Leave a Reply

    Your email address will not be published. Required fields are marked *