Penghargaan Kebudayaan untuk Putu Wijaya

Penghargaan Kebudayaan untuk Putu Wijaya

Presiden Joko Widodo memberi penghargaan kebudayaan untuk Putu Wijaya. Hal tersebut diberikan atas jasa Sastrawan Putu Wijaya yang telah banyak menghasilkan karya kesusastraan dan kebudayaan. Sejak usia remaja hingga berusia 74 tahun, setidaknya beliau telah menulis 30 novel, 40 naskah drama, sekitar 1.000 cerpen, esai-esai, dan karya-karya lain.

Presiden Joko Widodo menyatakan merasa terhormat telah menyerahkan penghargaan kebudayaan kepada Putu Wijaya. Sambil berjongkok, Sang Presiden memberikan pengargaan kepada Putu Wijaya yang duduk di kursi roda. Pemberian penghargaan tersebut dilakukan pada acara Kongres Kebudayaan Indonesia 2018 di Jakarta 9 Desember 2018. Kongres tersebut diadakan di Kantor Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Gambir, Jakarta Pusat.

Tidak Hanya Penghargaan Kebudayaan untuk Putu Wijaya, Tiga Tokoh Lain juga Menerimanya

Pada Kongres Kebudayaan 2018, tidak hanya penghargaan untuk Putu Wijaya yang diberikan, tokoh lain juga menerimanya, antara lain; Ismojono dan Hubertus Sadirin, anggota tim pemugaran Candi Borobudur pada tahun 1973 hingga 1983, dan sastrawan D. Zawawi Imron, penyair dan pendakwah yang berkontribusi dalam menyiarkan kebajikan sastra dan religi ke seluruh Indonesia.

Rangkaian acara kongres kebudaayaan dilaksanakan pada 5-9 Desember 2019. Ada berbagai kegiatan yang diselenggarakan, antara lain forum, debat publik, kuliah umum, pidato kebudayaan, hingga konser musik. Acara pada tahun ini merupakan perayaaan tahun ke-100 dan pertama kali dilaksanakan pada tahun 1918. Peserta yang turut meramaikan kongres mencapai 7.000 orang dari seluruh Indonesia.

Tidak lupa pula, Presiden Joko Widodo mengucapkan terima kasih kepada para tokoh yang telah berkarya nyata dan mendedikasikan hidupnya untuk menjaga agar kebudayaan Indonesia. Sehingga dapat terus mengakar kuat dan sekaligus tumbuh subur menjadi bagian dari budaya dunia.

Presiden memberikan kata sambutan dengan mangajak untuk membangun bersama untuk bersikap toleransi dan berbagi. Kongres yang menampilkan berbagai jenis budaya nusantara menghasilkan produk berupa strategi kebudayaan yang akan merupakan dokumen dari rangkuman aspirasi dan harapan pelaku kebudayaan yang berasal dari 300 kota/kabupaten di Indonesia. Lalu, akan dibuat berupa Rencana Induk Pemajuan Kebudayaan (RIPK). Nantinya dijadikan panduan pemerintah dalam menyusun Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) pada masa mendatang.

Baca juga : Stop Membunuh dengan Mengambil Sirip Ikan Hiu dan Membuangnya Ke Laut

admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *