Peristiwa Nuzulul Quran Ketika Kitab Allah Diturunkan Sebagai Petunjuk Bagi Manusia

Peristiwa Nuzulul Quran Ketika Kitab Allah Diturunkan Sebagai Petunjuk Bagi Manusia

Peristiwa Nuzulul Quran Ketika Kitab Allah Diturunkan Sebagai Petunjuk Bagi Manusia. Kebanyakan ahli tafsir percaya bahwa MALAM 17 adalah malam ketika surat pertama Al-Qur’an diturunkan. Meskipun tidak ada teks persisnya, berdasarkan pencarian jejak dan pernyataan para sahabat, disepakati bahwa malam pertama kali sebagai mulia diturunkan kitab suci.

Turunnya Al-Qur’an lewat malaikat Jibril sedikit demi sedikit, setiap tahapan turunnya menimbulkan getaran dan sering merinding pada diri Rasulullah sebagai penyambung lidah Allah.

Karena isinya sarat pencerahan, Tak heran Abu Jahal, Abu Lahab, dan Abu Sufyan masing-masing diam-diam mendengarkan ketika Nabi berdakwah Al-Qur’an di kota Makkah pada masa-masa awal dakwah.

Tanpa disadari, ketiganya bertemu dalam kegiatan penyamaran mereka dan merahasiakan kejadian tersebut satu sama lain. Singkatnya, betapa besar kebutuhan umat manusia, mukmin, kafir, dan munafik, akan al-Qur’an dan tafsirnya.

Peristiwa Nuzulul Quran Membuka Mata Manuasia Tentang Kekuasaan Allah

Al-Qur’an datang membuka mata untuk menyadari identitas manusia dan sifat keberadaan mereka di bumi. Selain itu, agar tidak terlena dengan kehidupan ini, agar mereka tidak ragu bahwa kehidupan mereka hanya dimulai dengan kelahiran dan diakhiri dengan kematian.

Al-Qur’an mengajak mereka untuk berpikir tentang kekuasaan Allah, dan kitab suci ini juga mendorong mereka untuk membuktikan perlunya mengetahui tentang Hari Kebangkitan. Kebahagiaan mereka pada hari itu akan ditentukan oleh keselarasan cara pandang hidup mereka dengan apa yang diinginkan oleh Sang Pencipta, Allah SWT.

Bisikan hati, begitu dipercaya, membuat manusia berusaha memahami apa yang sebenarnya diinginkan Tuhan. Sikap dan perbuatan manusia yang Dia kehendaki disebut sikap dan perbuatan yang baik, sebagai lawan dari sikap dan perbuatan yang buruk dan tercela.

Al-Qur’an, diyakini sebagai kata-kata Allah, adalah panduan untuk apa yang Dia kehendaki. Maka orang yang ingin menyesuaikan sikap dan perbuatannya dengan kehendaknya, agar bahagia dunia akhirat, harus dapat memahami maksud dari petunjuk tersebut.

Upaya memahami makna firman Tuhan menurut kemampuan manusia yaitu tafsir. Karena urgensi penafsirannya cukup jelas. Kebutuhan akan tafsir menjadi semakin penting ketika seseorang memahami bahwa manfaat tuntunan Ilahi tidak terbatas pada akhirat saja. Petunjuk itu juga menjamin kebahagiaan seseorang di dunia.

Selain itu, kebutuhan akan tafsir Al-Qur’an sangat mendesak karena sifat mushafnya yang beragam. Ada yang jelas dan rinci, ada pula yang kabur dan komprehensif. Belum lagi tidak tepat, meski sudah jelas, tetap butuh ditafsirkan.

Artikel menarik lainnya: Tips Puasa Ramadhan Agar Badan Tetap Sehat dan Bugar, Cukupkah Minum Air Putih yang Banyak?

Perlu Memahami Secara Mendalam Makna dari Peristiwa Nuzulul Quran

Tidak mungkin memperoleh pemahaman yang lengkap tentang Alkitab hanya dengan membaca ayat-ayatnya. Bahkan dengan membaca ayat-ayatnya empat atau lima kali. Tujuan yang sama tidak akan tercapai jika kita hanya bergantung pada pemahaman satu orang atau satu generasi.

Jika Anda membaca Al-Qur’an, maknanya akan jelas bagi Anda. Namun jika Anda membacanya kembali, Anda juga akan menemukan arti lain yang berbeda dari arti sebelumnya. Begitu seterusnya, sampai kamu (bisa) menemukan kalimat atau kata dengan arti berbeda yang semuanya benar atau bisa jadi benar.

Ayat-ayat Alquran itu seperti berlian, setiap sudutnya memancarkan cahaya yang berbeda dari sudut lainnya. Dan bukan tidak mungkin, jika Anda membiarkan orang lain menontonnya, mereka akan melihat lebih banyak dari Anda.

Seperti yang telah diperkenalkan, Al-Qur’an adalah kumpulan ayat-ayat. Ayat pada dasarnya adalah tanda dan simbol yang terlihat. Namun simbol tidak dapat dibedakan dengan sesuatu yang lain yang tidak tertulis tetapi tersirat seperti yang diperkenalkan oleh konsep tafsir dan ta’wil.

Hubungan antara keduanya, antara makna tertulis dan makna tersirat terjalin sedemikian rupa. Sehingga ketika tanda dan simbol dipahami oleh pikiran, makna tersirat juga dipahami, insya Allah dengan pertolongan Tuhan. melalui jiwa manusia.

Penyampaiannya yang sangat indah dan mempesona penuh dengan berbagai makna. Juga, itu cocok dengan kecerdasan dan pengetahuan pembacanya. Karena itu, interpretasinya tidak pernah kering. Dari waktu ke waktu Anda mendengar atau membaca sesuatu yang baru, tergantung waktu dan pengetahuan.

Nabi Muhammad Saw menggambarkan Al-Qur’an sebagai “kitab yang berisi berita tentang kondisi masa lalu dan masa depan, tidak diatur oleh panas atau hujan.”

Jika demikian, maka interpretasinya tidak pernah berakhir tentang makna peristiwa nuzulul quran. Kitab Suci selalu segar, melalui upaya penafsiran dan reinterpretasi, Kitab Suci Al-Qur’an selalu mampu menghadirkan hal-hal baru. Sama seperti alam semesta, mempelajari dan mengamatinya, membuka tabir rahasianya yang tidak tersentuh oleh generasi sebelumnya.

Artikel menarik lainnya: Apa Artinya Qiyamul Lail dan Keutamaan Menjalankan di Bulan Ramadhan?

admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *