Belajar dari Rumah, Orang Tua Menjerit Uang Sekolah Juga Didiskon Dong!

Belajar dari Rumah, Orang Tua Menjerit Uang Sekolah Juga Didiskon Dong!

Sebagian orang tua siswa mulai keberatan membayar uang sekolah secara penuh, alasannya kan sudah dua bulan lebih kegiatan belajar hanya dari rumah. Seolah-olah tidak memikirkan, kalau lembaga pendidikan butuh biaya operasional, guru juga butuh digaji untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dan emangnya belajar online enggak pakai uang buat beli pulsa.

Hal yang pasti, para guru juga tetap menunaikan pekerjaannya dengan memberikan pembelajaran secara online. Seperti orang lain yang bekerja, guru membutuhkan penghasilan bulanan sebagai bayaran dari jasa pengajarannya.

Orang tua merasa perannya bertambah selama masa pandemi COVID-19, merangkap menjadi guru dalam berbagai bidang studi pula. Enggak pernah terbayangkan, Ayah dan Ibu terpaksa menjadi pengajar yang mendampingi proses belajar anaknya di rumah. Ditambah tugas sekolah ternyata begitu banyak dan orang tua harus memahami materi yang harus dikerjakan oleh anak-anak.  Tetapi, apakah keruwetan belajar di rumah bisa menjadi dasar meminta uang sekolah didiskon atau tidak dibayar utuh?

Keinginan orang tua meminta diskon uang sekolah alias SPP (Sumbangan Pembinaan Pendidikan rupanya sudah terdampak bagi lembaga pendidikan. Apalagi bagi bagi sekolah swasta. Berdasarkan survey yang dilakukan Kemendikbud, sekitar 56% sekolah swasta Indonesia mengalami kesulitan membiayai operasional sekolah.

Persoalannya banyak orang tua yang menunda atau menunggak bayaran uang sekolah. Sementara kegiatan pembelajaran tetap berjalan, meski dengan cara tidak seperti biasa dengan hadir ke sekolah.

Sekarang Aja Banyak yang Tidak Membayar Uang Sekolah, Bagaimana Kalau Masa Belajar di Rumah Diperpanjang?

Kalau sampai 56 % sekolah swasta kesulitan membayar operasional, maka sudah selayaknya pemerintah turun tangan. Jangan sampai berimbas sekolah malah tidak bisa terus menjalankan kegiatan belajar-mengajar.

Kemendikbud rupanya mengetahui kalau sekitar 60% siswa di sekolah negeri dan swasta meminta SPP atau uang iuran sekolah dibayar 50% saja. Diberikan disikon biar orang tua merasa lebih ringan beban kehidupannya. Tetapi sekolah swasta pasti semakin menjerit, sudahlah membiayai sendiri operasional sekolah eh bayaran bulanan cuma dibayar setengahnya saja.

Lalu, bagaimana jika masa belajar di rumahdi perpanjang hingga akhir tahun. Sekolah swasta mungkin bisa bangkrut layaknya perusahaan swasta. Guru sekolah swasta yang selama ini gajinya pas-pasan bisa terdampak tidak menerima gaji secara penuh lagi. Lebih apesnya lagi, gaji terpaksa dibayar belakangan alias ditunda. Meski, guru sebagai pendidik siswa juga menghadapi carut-marut hantaman ekonomi akibat pandemi covid-19.

Kalau sudah demikian rumit keadaannya, orang tua harus tetap membayar uang sekolah secara penuh. Kasihan pihak sekolah yang tak sanggup menyediakan biaya operasionalnya. Jangan biarkan guru-guru menghadapi kesengsaraan belipat ganda. Sudahlah sering terkena omelan orang tua selama masa belajar online. Masa tega membiarkan guru tidak menerima gaji, gara-gara banyak siswa yang menunggak iuran uang sekolah. Kalau pun mau minta diskon iuran sekola, sebaiknya kepada kemendikbud, mudah-mudahan saja pemerintah punya subsidi bagai sekolah yang terdampak virus corona.

Baca juga: Siapa yang Bertanggung Jawab Kalau sekolah Dibuka Kembali? Berikut saran KPAI dan IDAI

admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *