Hamil di Kolam Renang : Membatasi Gerak Bebas Kaum Perempuan

Hamil di Kolam Renang : Membatasi Gerak Bebas Kaum Perempuan

Akhirnya Sitti Hikmawatty, Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) meminta maaf atas pernyataannya sendiri tentang perempuan berenang bersama laki-laki akan hamil di kolam renang. Sembari menyebutkan pernyataannya bukan dari KPAI dan meminta tidak terus menyebarluaskan berita tentang dirinya.

Komentar tersebut menyulut perhatian netizen dari kalangan awam, hingga bertitel dunia kesehatan. Koran online pun tak kalah latah dengan memberikan kabar yang menjadi viral tersebut. Intinya, ada banyak sumber menyatakan tidak mungkin sperma bisa bertahan, apalagi sampai membuat hamil perempuan yang berada di kolam renang.

Pernyataan dari Sitti HImawatty hamil di kolam renang memang tidak bisa dianggap biasa saja. Karena ada saja orang yang percaya kalau laki-laki digabungkan dengan perempuan pada satu kolam bisa mengakibatkan kehamilan.  Inti pokok dari isu ini adalah memposisikan perempuan sebagai objek penderita, seperti perempuan hamil, perempuan korban pelecehan seksual, dan lainnya.

Sementara, laki-laki dinilai memiliki kuasa atas tubuh perempuan. Isu lainnya, tampaknya ada orang-orang yang targetnya ingin memisahkan kolam perempuan laki-laki dan perempuan.

Pembahasan tentang Perempuan yang Sering Menjadi Objek Penderita

Membicarakan hubungan antara laki-laki dan perempuan tak dapat dipisahkan dari pembahasan gender yang membentuk posisi tak seimbang antara jenis kelamin. Ada ragam pembentuk pemisahan posisi tersebut, mau dari sosial, budaya, ekonomi, dan banyak hal. Perempuan diposisikan berada di bawah laki-laki, selalu lemah, kalah, dan tidak bisa bersaing dengan jenis kelamin berbeda.

Betapa Dunia Patriarki (Kelaki-lakian) Begitu Mempengaruhi Pikiran Kita Seperti Berpikir Hamil di Kolam Renang

Dunia patriarki atau kelaki-lakian terbentuk sejak kecil dari keluarga dan lingkungan sosial. Kalau laki-laki lebih bebas melakukan apapun, maka perempuan terkungkung di dunia domestik sekitar rumah. Kalau laki-laki menguasai ruang tamu, perempuan lebih banyak di dapur. Persoalannya perihal dunia kelaki-lakian ini mempengaruhi ke banyak sektor kehidupan, seperti pemilihan baju, warna yang pantas, tempat bermain, alat permainan, olah raga yang pantas atau tidak, dan banyak lainnya.

Menariknya, perempuan pun dapat terjebak di alam pikiran kelaki-lakian, seperti hamil di kolam renang. Sudah terbukti, ada saja perempuan yang percaya kalau berenang bersama bisa mengakibatkan hamil. Sekali lagi perempuan sendiri yang membuat perempuan lain berposisi menjadi korban. Sementara, laki-laki seolah mengambil keuntungan. Padahal, kalau berpikir adil, laki-laki bisa saja menjadi korban pelecehan seksual, apalagi perempuan bertelanjang dada.

Baca juga :

HAMIL DI KOLAM RENANG : MEMBATASI GERAK BEBAS KAUM PEREMPUAN

SUKA DUKA PETANI MILENIAL : CERITA PENGALAMAN PEMUDA KETANPEDO BERTANI YANG WAJIB KAMU KETAHUI

Kenapa Berpikiran Memisahkan Kolam Renang Laki-Laki dan Perempuan?

Pertanyaan tersebut menarik, kok sebagian orang ingin memisahkan kolam renang antara laki-laki dan perempuan. Apa yang sebenarnya mereka khawatirkan. Sementara sebagian besar kolam renang itu area publik yang mencampurkan laki-laki dan perempuan. Kalau mampu ya buat saja kolam renang sendiri.

Menariknya, ada kok sekolah-sekolah yang memiliki ekstrakurikuler renang, kolam renang antara pelajar laki-laki dan perempuan di pisahkan, padahal mereka satu kelas. Meski, anak-anak perempuan itu ya berenang satu kolam dengan laki-laki lain dari sekolah berbeda atau laki-laki dari manapun. Kalau takut kenapa-kenapa dengan perempuan, ya jangan suruh berenang sekalian.

Bagi yang berenang dengan teknik dan menggunakan alat seperti atlit renang, kayaknya sulit berpikir cabul. Memikirkan bagaimana ngapung dan bernafas panjang saja sulit, ini kok malah membahas sperma yang begitu aduhai kuatnya bisa berenang dan bikin hamil.

Marilah berpikir adil dari pikiran, jangan bedakan kegiatan antara laki-laki dan perempuan. Semua orang bisa bersaing dan beraktivitas dari beragam bidang, termasuk menjadi perenang. Kalau mikirinya ke arah seksual ya mungkin ada yang salah dengan pikiranmu.

admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *