Belajar di Rumah Selama COVID-19 Bukan Pencapaian Akademik Tetapi Belajar Kecakapan Hidup

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menegaskan kalau belajar di rumah selama COVID-19 bukan untuk pencapaian akademi, tetapi belajar kecakapan hidup. Selama ini, terjadi salah tafsir orang tua siswa dan guru. Banyak orang tua mengeluh kerepotan karena mesti mengajari anak belajar di rumah. Seolah, kegiatan belajar-mengajar di sekolah dipindahkan ke rumah. Semua materi pembelajaran dilakukan secara online, melalui berbagai platform media internet.
Padahal, Pemerintah ingin “belajar di rumah selama masa pandemik Corvid-19” bukan selayaknya di sekolah. Menurut Plt Dirjen PAUD dan Dikmas, Harris Iskandar, pembelajaran diwujudkan dengan pendidikan yang bermakna, bukan berfokus pada capaian akademik atau kognitif. Bukan diberikan tugas melulu. Anak diberikan pendidikan bermakna, seperti kecakapan hidup dan diajarkan tentang pandemik Corvid-19.” Titik berat capaian belajar pada penalaran dan bukan capaian pemahaman materi mata pelajaran. Sekali lagi, tidak berfokus pada aspek akademik, tapi pada life skill, karakter, dan sebagainya.
Guru dinilai juga tidak siap menghadapi sistem pembelajaran daring (online). Sehingga, menjadi faktor penghambat pembelajaran di rumah. Kondisi darurat virus corona membuat guru harus menyiapkan materi secara mendadak dengan cara belajar yang sangat berbeda. Sehingga, sekolah pun tergagap-gagap mencari pola pembelajaran yang tepat bagi siswanya di rumah.
Aturan Belajar di Rumah Selama COVID-19 yang Harus Dipahami Guru dan Orang Tua
Pemerintah sudah mengeluarkan surat edaran Nomor 4 TAHUN 2O2O tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan dalam masa Darurat Penyebaran Coronavirus Disease (COVID- 1 9). Di dalamnya berisi tentang Proses Belajar dari Rumah dilaksanakan dengan beberapa ketentuan, seperti Belajar di Rumah melalui pembelajaran daring/jarak jauh untuk memberikan pengalaman belajar bermakna kepada siswa. Tidak menjadi beban harus menyelesaikan seluruh capaian kurikulum yang menjadi syarat kenaikan kelas maupun keluiusan.
Belajar dari Rumah diminta fokus pada pendidikan kecakapan hidup, seperti terkait pandemi Covid-19. Kegiatan dan proses belajar bisa dilakukan bervariasi antar siswa mengikuti minat dan kondisi masing-masing. Pola belajar mempertimbangkan kesenjangan akses/ fasilitas belajar di rumah. Hasil kegiatan dari siswa diberikan umpan balik bersifat kualitatif dan berguna dari guru. Pengejar tidak harus memberi skor/ nilai kuantitatif.
Dari aturan tersebut dapat Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan membuat aturan lebih longgar dalam belajar di rumah, agar tidak memberatkan siswa dan orang tua tidak repot. Guru pun diberi peluang untuk memberi materi pembelajaran sesuai minat para siswanya.