Permintaan maaf Anji dan Penyataannya yang Bisa Menggiring Opini Publik

Pada akhirnya Anji melakukan permintaan maaf atas postingannya tentang foto jurnalistik karya Joshua Irwandi seorang Documentary Photographer untuk National Geofraphic. Di postingan instragram terbarunya (20/7/2020), Anji menyatakan tidak bermaksud menyudutkan profesi Pewarta Foto maupun Jurnalis. Ia malah memuji karya foto tersebut sangat powerful.
Anji sebenarnya mencurigai dari sudut penyebaran informasi yang terasa janggal. Karena secara tiba-tiba, foto tersebut disebar oleh banyak akun-akun ber-follower besar dengan caption seragam. Menurutnya, penyebarannya sangat tertata seperti ada KOL (Key Opinion Leader) dan disebarkan dengan pola yang mirip.
Dari foto tersebut, ia juga mempertanyakan menyangkut kode etik kesehatan, bukan kode etik jurnalisme. Alasannya, ia heran keluarga korban saja tidak boleh menemui pasien, kenapa fotografer bisa melakukannya.
Berdasarkan postingan Anji tersebut, Pewarta Foto Indonesia (FPI) membuat pernyataan yang mengecam pernyataan kontroversial Anjir. PFI menyatakan sang fotografer telah mematuhi kode etik jurnalistik. Joshua Irwandi juga dinyatakan mematuhi prosedur perizinan dan mengikuti protokol kesehatan yang diwajibkan oleh rumah sakit.
Salah satu poin penting dari kecaman PFI adalah Anji tidak membandingkan karya jurnalistik perwarta foto dengan anak agency, buzzer, influencer, youtuber, vlogger dan sejenisnya. Pekerjaan mereka dilandasi fakta lapangan, memiliki kode etik, dan dilindungi oleh undang-undang. PFI juga mendesak postingan tentang Foto Joshua Irwandi dihapus.
Permintaan Maaf Anji dan Kemampuan Menggiring Opini Publik
Dari tujuan postingan Anji Manji sebenarnya secara jelas mempertanyakan penyebaran informasi dan kode etik kesehatan atas foto tersebut. Ia mengakui kesalahan tidak menjelaskan atas poin pernyataannya di instagram. Ia pun meminta maaf secara terbuka kepada PFI dan sang wartawan untuk penerimaan informasi yang berbeda. Lalu, postingan terkait opini foto dihapus dari akun instagram miliknya.
Dari kejadian tersebut, Anji sebenarnya berhak menyatakan opininya tentang penyebaran informasi dengan pola yang sama. Ia juga berhak tahu bagaimana prosedur protokol kesehatan dalam pengambilan foto. Karena keluarga saja tidak boleh menemui pasien dan kenapa fotografer boleh. Opini tersebut sah-sah saja.
Namun, Anji sepertinya lupa pernyataannya sebagai artis atau selebritis dapat mempengaruhi opini publik. Apalagi ia menuliskan “Saya percaya cvd itu ada. Tapi saya tidak percaya cvd semengertikan itu. Yang mengertikan adalah hancurnya hajat hidup masyarakat kecil.” Dari pernyataannya tersebut, sebagian netizen mendukung dan menjadi sepakat kalau virus corona tidak berbahaya.
Sesungguhnya Pernyataan tentang penyebaran informasi dan ketidakpercayaan Anji kalau “COVID-19 tidak semengerikan itu” adalah poin berbeda dan enggak nyambung. Pola penyebaran informasi dengan terpola memang tidak asing ditemui setiap hari di twitter dan akun media sosial lainnya. Kol dapat mempengaruhi persepsi publik. Begitu pula, pernyataan seorang Anji yang statusnya masih artis juga terbukti mampu menggiring pendapat netizen.
Apalagi menyangkut hasil foto karya jurnalistik yang diatur kode etik dan dilindungi oleh undang-undang. Lalu, netien malah meragukan hasil karya tersebut dan ikut beropini kalau virus corona tidak berbahaya. Sementara, Pemerintah mengumumkan angka positif dan korban meninggal terkonfirmasi COVID-19 terus bertambah setiap hari. Pada kenyataannya kasus positif telah mencapai 88.214 kasus dan 4.329 orang diantaranya dinyatakan meninggal dunia (20/7/2020).
Informasi menarik lainnya: Ucapan Terima Kasih Ridwan Kamil Kepada Dokter dan Tenaga Kesehatan Bisa Menjadi Sia-Sia Belaka
One thought on “Permintaan maaf Anji dan Penyataannya yang Bisa Menggiring Opini Publik”