Melepas Rindu Bertemu Ibu : Andai Tahun ini Bisa Melakukannya

Melepas Rindu Bertemu Ibu : Andai Tahun ini Bisa Melakukannya

Melepas rindu bertemu ibu tidak bisa dilakukan. Lebaran kali ini berbeda tidak seperti tahun-tahun sebelumnya. Ibu biasanya sudah menanyakan kabar kami akan mudik atau tidak sebelum bulan ramadan. Nada bicaranya selalu ceria, “Pulang kalian kan. Sudah rindu aku sama cucuku. Logat bataknya yang tegas seolah menggelar di telinga. Sangkin senangnya, karena lebaran tak akan lama lagi. Kalau sudah bertanya begitu, maka aku dan keluarga kecilku pun mempersiapkan untuk pulang kampung.

Rindu. Orang tua yang melepas anak-anaknya pergi ke tanah rantau pasti menahan rindu. Begitu pula ibu. Beliau akan mempersiapkan semuanya untuk menyambut anak cucunya. Dinding rumah pasti dicat. Kamar-kamar dirapihkan. Ruang tamu ditata dari gorden hingga sofa. Harus tampak bagus dan bersih. Ibu adalah sosok yang menyambut anaknya dengan bahagia. Dia pernah bilang, “Kalian semua harus pulang kampung, jangan lupa sama tanah kelahiran. Berkumpullah walau satu tahun sekali.”

Tiga dari enam orang anaknya memilih pergi merantau sejak lulus SMA. Menyambung hidup di peraduan, demi mengenyam pendidikan lebih tinggi. Hingga hidup berkeluarga di kampung orang. “Jangan pulang sebelum punya sukses di sana,” itu pula pesannya ketika satu per satu anaknya lulus dari bangku kuliah. Pesan-pesan ibu begitu menancap di kepala.

Sayangnya, takdir tahun ini berkata lain. pemerintah menetapkan bencana kesehatan COVID-19 di Indonesia. Para perantau dilarang mudik. diminta bertahan jangan melakukan mudik lebaran. “Tidak apa-apa nanti saja kalau virus coronanya udah selesai baru pulang,” kata Ayah dengan suara datar ketika tahu aku beserta kakak yang tinggal di Ibukota memutuskan batal pulang kampung. Seperti Ibu, Ayah juga sangat berharap kami pulang. Karena lebaran akan terasa bertambah sepi jika tanpa kehadiran anak-anaknya.

Harus Menahan Tidak Bisa Melepas Rindu Bertemu Ibu

Lebaran tiba, aku dan keluarga kecilku sudah menghubungi Ayah melalu video call. Meski Ayah menunjukkan rasa senang, rasa kecewa tak bisa disembunyikan dari wajahnya. “Cepatlah virus corona ini pergi. Kita kan bisa mengunjungi ibu sama-sama ya,” begitu katanya. Air mata pun pelan-pelan membasahi pipi. “Aku juga rindu bertemu Ibu,” balasku kepada Ayah.

Ayah berencana bertemu Ibu siang hari pertama lebaran. Ayah pikir tidak apa-apa keluar rumah sebentar, tetap pakai masker dan tetap menjaga jarak dengan orang lain. Seperti yang disarankan pemerintah, ayah selalu mengikuti protokol kesehatan dalam kehidupan sehari hari pada masa pandemi COVID-19.

Pada akhirnya, Ayah dan anak-anaknya sama sekali tidak bisa merayakan lebaran bersama-sama tahun ini. Tidak bisa mendokan ibu di pusaranya. Meski sudah tiada, kami tetap berjanji menemuinya di rumah keabadiannya.

Ibu telah meninggal pada awal tahun ini. Kami melepas kepergian ibu dengan rasa sedih yang mendalam. Di pusara Ibu, kami semua anak-anaknya berjanji akan berkumpul lebaran tahun 2000. Ingin merayakan Idul Fitri bersama Ayah. Tidak ingin membiarkan orang yang dicintainya menjalani hari raya bersama sepi. Syukurnya, ada tiga saudara kandung  yang tinggal di kota yang sama, bisa menemani untuk berlebaran bersama.

Ibu, aku rindu. semoga bisa mendatangi pusaramu secepatnya. Semoga pandemi virus corona ini segera berakhir.

Baca juga:

Kisah Tentang Pelet Jampang Sukabumi yang Membuat Orang Jatuh Cinta

admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *