Sejarah Panjang Letusan Gunung Semeru yang Diungkap BNPB

Sejarah Panjang Letusan Gunung Semeru yang Diungkap BNPB

Letusan Gunung Semeru memiliki sejarah panjang sebagaimana yang ditulis di website BNPB. Terakhir kali pada Sabtu sore (4/12), Gunung Semeru mengalami guguran awan panas dan material vulkanik menyebar ke arah Besuk Kobokan, Desa Sapiturang, Kecamatan Pronojiwo, Lumajang.

Sebagai gunung yang aktif, erupsi pernah terjadi di Semeru tercatat pada 1818 bahkan terjadi dalam rentang waktu 1913. Namun tidak memiliki catat yang baik pada saat itu. Hingga, ada aktivitas vulkanik yang terdata dengan durasi panang pada 1941-1942.

Dari catatan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), disebutkan leleran lava terjadi pada 21 September 1941-Februari 1942. Letusan tersebut berada di lereng sebelah timur dan menjangkau ketinggian ketinggian 1.400 hingga 1.775 m. Kemudian, tercatat terjadi aktivitas vulkanik secara beruntun pada 1945, 1946, 1947, 1950, 1951, 1952, 1953, 1954, 1955 – 1957, 1958, 1959, 1960.

Kejadian berikutnya, Gunung Semeru menunjukkan aktivitas vulkanik pada 1 Desember 1977 dengan terjadinya guguran lava. Akibatnya muncul awan panas guguran dengan jarak hingga 10 km di Besuk Kembar. Selain itu, menimbulkan volume endapan material vulkanik hingga 6,4 juta m3. Pada saat itu, awan panas juga melintasi wilayah Besuk Kobokan, akibatnya jembatan dan rumah warga mengalami kerusakan. Pada waktu selanjutnya, vulkanik terjadi pada kisaran waktu tahun 1978 – 1989.

Sejarah Letusan Merapi juga Terjadi pada Era Tahun 1990-an sampai 2000-an

PVMBG memiliki catatan aktivitas vulkanik Gunung Semeru pernah terjadi pada tahun  1990, 1992, 1994, 2002, 2004, 2005, 2007 dan 2008. Bahkan beberapa kali erupsi terjadi dalam rentang waktu 15 Mei hingga 22 Mei 2008. Setidaknya terjadi empat kali guguran awan panas ke wilayah Besuk Kobokan dan memiliki jarak luncur hingga 2.500 meter.

Dari data PVMBG, aktivitas Gunung Semeru yang terletak di kawah Jonggring Seloko yang ada di sisi tenggara puncak Mahameru. Karakter letusan Gunung Semeru bertipe vulkanian dan strombolian dengan rentetan kejadian 3-4 kali setiap jam. Kondisi tersebut dapat mengakibatkan letusan eksplosif dan bisa merusak kubah dan lidah lava. Berbeda dengan karakter letusan strombolian, akibatnya bisa membentuk kawah dan lidah lava baru.

Ketika terjadi erupsi pada Sabtu, 4 Desember 2021, Gunung Semeru dengan status level II  atau ‘waspada’. Sehingga BPNB memberi rekomendasi antara lain:

  1. Masyarakat, pengunjung atau wisatawan tidak boleh melakukan kegiatan pada radius 1 km dari puncak Gunung Semeru. Selain itu, pada jarak 5 Km arah bukaan kawah di sektor tenggara. Masyarakat harus waspada pada awan panas guguran, guguran lava dan lahar di sepanjang aliran sungai atau lembah. Letak radius dan jarak terus dievaluasi dan antisipasi apabila terjadi perubahan ancaman bahaya.
  2. Kedua, masyarakat menjauhi atau tidak beraktivitas di area terdampak material awan panas karena saat ini suhunya masih tinggi.
  3. Waspada terhadap potensi luncuran di lembah  jalur awan panas Besuk Kobokan.
  4. Waspada pada ancaman lahar di alur sungai atau lembah di Gunung Semeru, karena material vulkanik telah terbentuk.

Berkaitan kondisi erupsi Gunung Semeru, BNPB mengeluarkan imbauan kepada warga agar tetap waspada. Selain itu, tetap mengikuti rekomendasi dari PVMBG. BNPB terus melakukan pemantauan dan koordinasi dengan BPBD untuk penanganan darurat erupsi.

Artikel menarik lainnya: Gunung Semeru Erupsi, Berikut Penjelasan BNPB Mengenai Aktifitas Awan Panas Guguran

admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *