Jangan Takut Tidak Punya Uang : Cerita Tentang Rezeki Pak Tua

Jangan takut tidak punya uang adalah cerita tentang rejeki Pak Tua kali ini. Pagi ini, tiba-tiba kangen pengen sarapan ketupat Sayur yang sangat terkenal di Bandar Lampung. RAJA KETUPAT di seputaran Pusat Olahraga, Enggal. Kehabisan uang tunai, pinjem duit Rp 50.000,- sama Mbak Tertua yang baru pulang dari Pasar.
Meluncur ke lokasi. Di perjalanan, melewati Rel Kereta Api. Ada seorang tua yang setiap hari selalu ada disana untuk mengatur lalu lintas di Pintu Lintasan KA. Setahu saya si Bapak inisiatif sendiri, enggak dibayar oleh Pemerintah.
Upahnya hanya dari Hati yang tergerak untuk memberinya sedikit uang kepada si Bapak tua. Dengan catatan: Si Bapak tidak pernah menengadahkan tangan meminta belas kasihan, lho… Sekasihnya orang saja, kalo gak ada yang ngasih dia gak minta.
Ketika Berniat Ingin Berbagi Rejeki Kepada Pak Tua, Jangan Takut Tidak Punya Uang Rejeki Lain pun Datang
Begitu pula saya, saya tergerak ingin memberinya juga, namun uang di kantong saya pecahan Rp 50.000,-. Saya ingin sarapan juga. Tetapi tidak memberinya uang, saya doakan saja. Semoga si Bapak Tua Rejekinya lancar dan saya meneruskan perjalanan.
Sampai di Lokasi, pesen Ketupat Sayur bumbu Rendang plus Telor Rebus. Dirasa masih cukup uangnya, pesen Sate Padang plus Ketupatnya. Ini sarapan Porsi Jumbo. Saat sarapan tetiba masuk seorang Sahabat bersama temannya dan sarapan di tempat yang sama.
Sambil Sarapan, perasaan ini mulai gelisah karena kalau bertemu Sahabat yang satu ini, kami ‘sepakat’ sebayaran. Artinya siapa yang dahulu ke Kasir, dia yang bayar. Udah terbiasa begitu aja dari dulu. Dihitung cepat, kayaknya total bayar untuk saya aja sisa paling sedikit, enggak cukup untuk membayari sarapan Sahabat yang hampir sama total bayarnya.
Yo wis, saya putuskan saya duluan ke Kasir dan pamit kepada mereka. Rencana mau ijin ke Kasir untuk ke ATM terdekat sebentar ambil uang dan bayar semua termasuk yang disantap oleh Sahabat saya.
Sahabat saya teriak saat saya mendekati Kasir, “Monggo Mas Adhie, kali ini aku sing bayar. Wis, labas wae…” “Deeggghhhh, ALHAMDULILLAH…”
“Matur suwun sanget, Mas…aku langsung yooo…” Saya menjawab dengan perasaan lega. Enggak jadi ke ATM
Bayar tukang parkir, dilebihin uangnya. Tukang Parkirnya seneng banget. Sisanya kantongin.
Sampe Rel Pintu Perlintasan KA, masih ada si Bapak Tua. Saya berhenti di pinggir jalan, menghampiri Pak Tua, berikan semua sisa uangnya sambil berucap, “memang sudah rejekimu, Pak Tua…”
Ditulis oleh: Adhie Lam