Keutamaan Puasa Assyura dan Makna Beribadah Pada 10 Muharram Bagi Umat Islam

Keutamaan puasa Assyura menjadi salah satu ibadah yang disebut paling utama dilakukan setelah Puasa Ramadan bagi Umat Islam. Tahukah Sahabat Sabumi, Hari asyura merupakan hari kesepuluh di bulan Muharram. Assyura memiliki arti ke-sepuluh.
Syariat Puasa Assyura dapat diurai dari sabda Rasullullah: : ”Ibadah Puasa yang paling utama setelah di bulan Ramadhan adalah puasa pada syahrullah (bulan Allah) yaitu Muharram. Sedangkan, ibadah shalat yang paling utama setelah shalat wajib adalah mendirikan shalat malam.” (HR. Muslim).
Dari Ibnu Abbas menyatakan bahwa ketika Nabi Muhammad Saw hijrah dari Makkah ke Madinah, menemui orang Yahudi di Madinah. Mereka terbiasa puasa tanggal 10 Muharram. Karena terkait hari ketika Nabi Musa dan pengikutnya diselamatkan dari kejaran tentara Firaun. Selanjutnya berhasil melalui Laut Merah dan Firaun beserta tentaranya tewas tenggelam.
Mengetahui hal tersebut, Nabi Muhammad Saw bersabda, “Kami lebih dekat hubungannya dengan Musa daripada kalian”. Lalu, memberi saran kepada umat Islam melakukan ibadah puasa Assyura. Bahkan pernah dari sejumlah tradisi umat Islam, puasa Asyura pernah diwajibkan. Selanjutnya puasa Ramadan yang diwajibkan dan Assyura menjadi sunnah hukumnya.
Riwayat dan Keutamaan Puasa Assyura Dibandingkan Puasa Ramadan
Sebuah riwayat dari Aisyah RA menyatakan “Saat Rasullullah datang di Madinah, beliau melaksanakan puasa Asyura. Umatnya juga diperintahkan tidak makan dan minum. Hingga, puasa Ramadhan menjadi ibadah yang diwajibkan. Umat Islam dibolehkan melaksanakan puasa jika mau melaksanakan, jikapun tidak mau, tak mengapa. Sementara, Rasulullah Saw terbiasa puasa pada hari Asyura.
Adapun keutamaan puasa Asyura disebutkan dapat menghapus dosa satu tahun sesuai hadis yang menguraikan: Rasulullah pernah ditanya tentang puasa hari ’Asyura (tanggal 10 Muharram), lalu beliau bersabda : ”Bisa menghapus dosa-dosa kecil yang telah dilakuka selama satu tahun yang lewat. (HR. Muslim).
Riwayat lainya menyebutkan dari Abdullah bin Mas’ud RA mengatakan, “Nabi Muhammad lebih memilih puasa di hari Asyura dibandingkan pada waktu lainnyadan berpuasa Ramadhan lebih diutamakan dibandingkan puasa Asyura.” (HR Bukhari dan Muslim).
Dari berbagai hadits tersebut jelaslah, melaksanakan ibadah puasa di hari ’Asyura memiliki hukum sunnah. Begitu pula, beberapa hadis memberi saran puasa hari Asyura lebih dulu puasa satu hari sebelum puasa hari Asyura.
Adapun alasannya dari Nabi Muhammad Saw karena kaum Yahudi melakukan puasa pada hari Asyura saja. Sehingga, Rasulullah Saw pun melakukan pembedaan antara puasa umat Islam dan orang Yahudi. Itu kenapa umat Islam disarankan puasa pada hari Asyura dua hari, dilakukan satu hari sebelumnya tanggal 9 dan pada 10 Muharram.
Kebiasaan Lokal Pada Hari Puasa Assyura di Indonesia
Di Indonesia banyak orang yang melaksanakan puasa Assyura, bahkan terdapat tradisi membuat “bubur Asyura”, seperti di Kalimantan Selatan. Pembuatannya dilakukan para ibu dan kerabat dekat maupun tetangga ikut membantu memasak.
Setelah masak dan dihidangkan, maka para laki-laki berdatangan ke rumah untuk berkumpul. Tidak lupa membaca doa selamat. Selanjutnya, bubur tidak dimakan sendiri, melainkan dibagikan sebagian kepada tetangga dekat. Bubur Asyura dibuat dari beras diolah dengan santan dan digabungkan berbagai macam sayur-sayuran.
Pembuatan bubur Asyura memiliki makna silaturahmi, bergotong royong sesama umat Islam sembari memberikan makanan. Sehingga terjaga hubugan baik dengan sesama umat manusia. Tidak saling melupakan, melainkan berbagi rezeki pada tanggal 10 Muharram. Tradisi yang dijalankan sesuai ajaran Rasulullah Saw.
Artikel menarik lainnya: Menikah dulu atau Mapan Dulu Menurut Islam, Menanti Pasangan yang Mau Tumbuh Bersama kita