Berbagi Mendapat Balasan Berlimpah: Hikmah Kehidupan Bagi Kita Semua

Berbagi mendapat balasan berlimpah, itulah pengalaman kehidupan yang saya alami. Ada banyak orang mengajukan pertanyaan tentang rajin berbagi kepada saya, “Kenapa saya sekarang terlihat makin sering bagi-bagi sesuatu. Entah itu bagi-bagi Paket Pengobatan seperti Madu Alami, Susu Kefir, Jus Lembaja atau yang lainnya. Sama halnya seperti kayak bagi-bagi bonsai kemaren. Saya juga memanggil Pedagang Bakso Arema keliling dan traktir anak-anak kecil tetangga sekitaran. Di lain waktu memberi traktir jajan anak-anak panti asuhan.
Macam-macam pertanyaannya. Dari yang nanya, “Lagi sedekah kah…???” Sampe yang nanya, “lagi kumat kah…???” Saya menjawabnya sebisanya sampai diberi senyuman aja.
Pada dasarnya memang sudah dari kecil saya suka menyenangkan orang lain. Menurut saya bagi-bagi sesuatu itu salah satu cara ter-efektif membahagiakan orang lain. Namun semakin kesini saya semakin ‘keranjingan’. Sebetulnya berbagi itu karena ada sebabnya.
Berbagi Mendapat Balasan Berlimpah Melihat dari Pengalaman Guru yang Membimbing Saya
Saya melihat dari guru yang selama imembimbing dalam segala hal. Guru saya itu ‘enteng’ banget untuk urusan yang satu ini, yaitu bagi-bagi dan membantu orang lain dalam banyak waktu dan banyak peristiwa. Saya menjadi saksi apa yang Beliau lakukan dalam urusan bagi-bagi dan membantu orang lain. ‘Gak ukuran’ banget kalo buat saya pribadi.
Kebetulan Beliau sering minta disopirin saya kalau lagi ada urusan di luar Pondok. Jadi banyak sekali peristiwa yang saya menyaksikannya langsung dengan mata kepala sendiri. Bukan cerita dari orang lain. Beliau pernah berkata kepada saya, “Kalau mau membantu, lihat-lihat yang kamu bantu. Kalau memang dia perlu dibantu. Maka bantulah semaksimal mungkin yang kamu mampu. Kalau setengah-setengah lebih baik gak usah sekalian, malah merepotkan nantinya.”
Saya sendiri pernah bertanya kepada Beliau kok bisa ‘enteng’ banget melakukan hal itu. Sedangkan orang kebanyakan justru kesulitan melakukannya. Beliau menjawab, “Saya hanya ingin membuktikan aja, Dhie. Benerkah janji ALLAH itu kalau dibagi itu malah bertambah. Saya penasaran saja apa bener kalau ALLAH akan menggantinya dengan yang lebih baik dan lebih berkelimpahan.”
Dari dalam hati kecil ini berbicara, “masak sih Guru saya masih punya rasa penasaran dan masih ingin membuktikan apa yang selama ini dilakukannya?” Kesini-kesini, saya sedikit diberi pemahaman kalau ucapan itu sebenarnya ucapan untuk saya sendiri.
Kenapa bisa begitu? Karena Saja justru sangat penasaran ingin diberi bukti atas semua yang sudah saya lakukan selama ini. Maklum saja selama ini saya masih ‘kuat’ hitung-hitungan angka nya. Bahkan sampai saat ini saya masih dalam tahap belajar melakukannya (bagi-bagi dan membantu orang lain). Karena masih terus penasaran pengen lihat buktinya.
Apakah saya sedang belajar Ikhlas? Waduuuhhh. Aadduuooohhhh! Rasanya masih jauh dari Ikhlas. Lha wong selama ini masih banyak “Preet nya lah, Dhie.” Daripada “Alhamdulillah nya.”
Apakah Berbagi Cara Belajar ikhlas?
Saya merasa sungguh masih jauh sekali dari belajar Ikhlas. Ini masih tahap paling dasar: baru belajar bagi-bagi dan belajar membantu orang lain. Belum belajar yang lebih tinggi.
Pesen Beliau juga, “mau ikhlas gak ikhlas, kerjain saja dulu, Dhie. Mau dibilang riya gak riya, ora usah di urus. Hal yang penting belajar membiasakan diri berbagi aja dulu walau ikhlas gak ikhlas, rela gak rela, riya gak riya.
Nanti juga ‘lurus’ sendiri, Dhie.” Setiap kali beliau, “Habib ikhlas banget melakukan ini semua untuk saya?” Jawab Beliau, “ora…sik adooohhh…” Apalagi saya. (Catatan: dan ternyata bener memang terbukti).
Ditulis oleh: Adhi Lam