Media Sosial Meningkatkan Depresi dan Merasa Kesepian Jangan-Jangan Sudah Mempengaruhi Kamu

Media sosial meningkatkan depresi menurut penelitian baru dan sangat memengaruhi kesehatan mental Anda. Tahukah Anda, pengguna media sosial di Indonesia mencapai 130 juta orang. Rata-rata mengakses media sosial 3 jam 25 menit. WhatsApp, Facebook, dan Instragram adalah media sosial yang paling sering digunakan.
Begitu tingginya penggunaannya ternyata media sosial meningkat depresi dan membuat penggunanya merasa kesepian. Tidak peduli apapun media sosialnya, terbukti sudah begitu mempengaruhi semua aspek kehidupan kita. Bagaimana rasanya kalau ketinggalan handphone di rumah? Sementara Anda berada melakukan aktivitas seharian dan mungkin berkerja. Tanpa mengakses media sosial apa jadinya? Resah dan gelisah. Media sosial mempengaruhi kita secara pribadi, dari perilaku, hubungan sosial, dan mengganggu kesehatan mental.
Media Sosial Meningkatkan Depresi Mungkin Anda sedang Mengalaminya
Seiring dengan perkembangan teknologi internet yang begitu mempengaruhi manusia. Banyak penelitian mencoba mengaitkan penggunaan media sosial dengan depresi, kecemasan, kualitas tidur yang buruk, harga diri yang lebih rendah, dan lainnya. Sebuah studi baru yang dipublikasikan dalam Journal of Sosial and Clinical Psychology memaparkan bahwa terdapat hubungan sebab akibat antara penggunaan media sosial dan kondisi depresi.
Studi yang melibatkan 143 siswa dari University of Pennsylvania dengan mengacak peserta dari dua kelompok. Satu kelompok melanjutkan kebiasaan media sosial mereka seperti biasa. Sedangkan, satu kelompok lagi membatasi akses ke media sosial secara siginifikan. Selama tiga minggu, kelompok eksperimen menggunakan media sosial mereka dikurangi menjadi 30 menit per hari (media sosial yang digunakan Facebook, Instagram, dan Snapchat).
Para peneliti melihat data penggunaan ponsel dan mencatat jumlah waktu yang dihabiskan menggunakan setiap aplikasi per hari. Semua peserta studi harus menggunakan iPhone. Hasilnya adalah Kelompok yang menggunakan lebih sedikit media sosial memiliki hasil kesehatan mental yang lebih baik. Mereka cenderung lebih baik secara sosial, kurang dari rasa ketakutan, kesepian, kecemasan, dan perasaan depresi depresi.
Searah dengan penelitian tersebut, Oscar Ybarra PhD, professor psikologi dari University of Michigan menjelaskan bahwa penggunaan media sosial membuat kita membuat banyak perbandingan secara sosial. Seseorang berupaya membandingkan kondisi dirinya dengan orang lain. Hal yang menjadi persoalan ketika media sosial menjadi rujukan perbandingan dengan kondisi kehidupan seseorang, akibatnya mempengaruhi perasaan yang mengarah kepada kondisi depresi.
FOMO dan Efeknya Pada Kesehatan Mental
Rasa takut ketinggalan, atau FOMO (Fear of Missing Out) merupakan efek kesehatan mental yang sangat terkait dengan penggunaan media sosial. Kita menjadi takut ketinggalan berita di media sosial. Penggunaan media sosial dan teknologi yang kini ada di mana-mana telah menciptakan dunia yang membuat kita dapat memperhatikan aktivitas yang dilakukan teman-teman kita hampir setiap saat dan sepanjang hari. Masalahnya, kondisi tersebut belum tentu baik.
Media sosial tampaknya tidak bisa dipisahkan dari dunia kita. Bahkan, aplikasi yang mengikuti perkembangan teknologi terus akan berpengaruh bagi kehidupan kita. Menurut Ybarra, hal yang penting untuk dilakukan adalah media sosial tidak mempengaruhi interaksi sosial di dunia nyata.
Ada banyak orang-orang di sekitar kita yang bisa diajak berbicara dan berkegiatan bersama. Tanpa harus penasaran alias kepo dengan kehidupan orang lain melalui layar handphone atau computer Anda. Mari terus menjalin interaksi dengan banyak orang dan jangan sampai media sosial mempengaruhi diri Anda. Apalagi sampai media sosial meningkatkan depresi dan perasaan kesepian.