Thu. Apr 18th, 2024
    Lobster laut. Foto 8villager.comLobster laut. Foto 8villager.com

    Ekspor lobster laut yang menjadi pembicaraan sejak pergantian Menteri Kelautan dan Perikanan menjadi primadona dan dikenal memiliki harga yang mahal. Jika dibandingkan dengan komoditas lainnya, lobster merupakan sumber daya perikanan ekonomis penting di Indonesia.

    Hal tersebut membuat lobster dicari, ditangkap, dan dijual sangat laris dipasar Asia dan Eropa. Menurut WWF, lobster berada diurutan ke empat komoditas ekspor tertinggi. Jenisnya dari bangsa krustasea, udang Penaeus, Metapenaeus dan Macrobrachium. Bahkan permintaannya sangat tinggi di Jepang sejak tahun 1980 dan terus meningkat.

    Nilai ekonomi yang tinggi itu pula yang membuat penangkapan lobster dilakukan secara massif, secara terus menerus. Bahkan WWF menyebutkan sampai tidak memperhatikan kondisi sumber daya dan lingkungan. Bayangkan saja, data dari Direktorat Jendral Bea dan Cukai (DJBC) Kementerian Keuangan menyebutkan sudah 42 juta ekor benih lobster diekspor diera Menteri Edhy Prabowo. Jumlah yang fantastis bukan? Padahal sebelumnya, pada zaman Menteri Susi Pudjiastuti melarang keras penjulannya.

    Jumlah Ekspor Lobster Laut dengan Harga Mahal itu Tidak Bisa Dilakukan Secara Berlebihan  

    Dari laporan Balitbang KKP tahun 2013 saja, angka pemanfaatan lobster meningkat sangat tinggai sekitar 19,23 % sejak tahun 2005. Dari jauh-jauh hari WWF sudah mengingatkan kalau penangkapan secara masif akan mengakibatkan kelestarian sumber daya lobster laut semakin terancam di Indonesia. Alih-alih membiarkan lobster berkembang biak di laut dan menunggu hasilnya hingga besar. KKP malah membuka izin ekspor dan selang dua bulan kemudia ekspor dilakukan secara besar-besaran.

    Tahukah kawan Sabumi, Lobster memiliki siklus hidup terbagi dalam 5 fase yaitu:

    1. Lobster dewasa memproduksi sperma atau telur,
    2. Menetas menjadi filosoma (larva), B
    3. Berubah menjadi puerulus (post larva),
    4. Tumbuh menjadi juvenile
    5. Berkembang menjadi dewasa.

    Lobster laut umumnya berkembang di laut dan lebih baik dipanen pada usia dewasa. Dari telur hingga dewas menunggu waktu hingga 7 bulan. Namun, ada saja pihak yang ingin lobster dibudidayakan. Hal itu sesuai dengan izin ekspor lobster, perusahaan harus melakukan pembudidayaan. Namun tidak benar-benar dilakukan.

    Susi Pudjiastuti menjadi orang yang sangat menolak keras budidaya lobster laut. Alasannya karena dapat menghabiskan plasma nutfah di alam. Ketika bibit lobster yang harus diambil di laut habis, maka berhenti pula budidaa. Menurutnya, lobster belum bisa melakukan proses kawin dan memijah di tempat budidaya.

    Lobster bertelur, melahirkan, dan tumbuh dewasa di alam. Kalau kata Susi, biarkan tuhan yang membesarkan hewan laut berharga mahal ini. Agar nilainya tinggi, tidak perlu menangkapnya ketika masih ukuran benih. Lobster sebaiknya ditangkap setelah ukurannya besar.

    Kalau tidak, Indonesia tidak akan mendapat keuntungan lebih. Sementara, ekspor benih terus saja dilakukan, contohnya ke Vietnam. Negara tersebut mengeskspor lobster laut yang sudah berukuran besar ke pasar Cina. Sementara, Indonesia hanya dikenal sebagai pengekspor benihnya saja dengan nilai yang jauh lebih rendah.

    Kenapa Vietnam Bergantung Pada Lobster dari Indonesia

    Tahukah kawan Sabumi, Kalau Lobster dari jenis panulirus sp adalah habitat yang berkembang di laut daerah tropis. Laut berkarang dan dan berpasir menjadi tempat ideal binatang laut yang mahal ini. Kondisi laut tersebut terdapat  dan ditemukan di laut-laut Indonesia.

    Sedangkan, laut vietnam kurang  memiliki perairan yang ideal. Jauh sekali dibandingkan dengan Indonesia. Ekspor benih lobster di Indonesia sangat spesial, karena bukan berasal dari budidaya breeding (pembenihan). Tetapi ditangkap oleh nelayan di alam bebas seperti kata Susi Pudjiastuti. Benih lobster dari alam Indonesia sangat dibutuhkan oleh petambakVietnam untuk dibesarkan. Lalu diekspor ke pasar Cina.

    Informasi menarik lainnya:  Tidak Menunggu Menteri KKP Baru Penjualannya Dihentikan, Bikin Senang Bu Susi Nih

    Leave a Reply

    Your email address will not be published. Required fields are marked *