Budidaya Tanaman Hidroponik dengan Botol dan Barang Bekas Bukan Paralon, Kenapa Tidak?

Budidaya tanaman hidroponik tidak harus dengan bahan paralon yang baru dan persolan tampak keren saja, tetapi bagaimana proses pengembangannya bersama masyarakat. Beberapa waktu lalu, ada banyak teman dan pejabat datang ke kampung Wisata Hanjeli.
Mereka datang dengan berbagai urusan, mulai dari urusan pangan, konsep pemberdayaan, saung pintar dan hidroponik. Ada hal yang menarik ketika membahas budidaya tamanan hidroponik. Kegiatan menanam dengan metode hidroponik termasuk barang baru. Terutama bagi masyarakat kampung yang biasa bercocok tanam secara konvensional. Sehingga membutuhkan edukasi khusus untuk mengenalkan pola menanam yang baru.
Menghargai Proses Budidaya Tanaman Hidroponik dengan Botol Bekas yang Dilakukan Masyarakat

Budidaya hidroponik bagi sebagian orang mungkin dilihat sebagai kegiatan lumrah saja. Toh, bahannya wadahnya dari barang-barang bekas, seperti botol bekas, asbes bekas, bambu bekas, dan bahan bekas pakai lainnya. Karena dibuat bukan dengan bahan yang baru, terlihat tidak ada yang spesial malah cenderung untuk melemahkan hasil yang telah kami buat.
“Harusnya membuat hidroponik dari bahan-bahan yang baru seperti dari pipa paralon. Lalu, ada green house, minimal dari baja ringan atau besi Galpanis. Jadi terlihat kokoh.” Begitu kata seseorang sambil memperlihatkan contoh dalam hendphonenya sambil. “Harusnya bikin kaya gini pasti lebih keren,” ingin menegaskan kalau yang dilakukannya lebih baik.
Bagi kami, semua melalui proses dan butuh waktu yang sangat panjang, Apalagi kegiatan kita digagas secara mandiri dan swadaya masyarakat. Kami pun sama ingin membuat dari bahan yang baru, paralon dan pipa baja ringan dari toko. Jika ada rejeki lebih atau dana stimulus juga ingin membuat dari bahan yang terbaik.
Jangan bandingkan proses budidaya tanaman hidroponik swadaya masyarakat dengan bantuan dari pemerintah. Hasilnya pasti akan berbeda. Wong mereka tinggal nulis RAB dengan bahan spesifikasi tinggi. Segala kebutuhan tinggal ditulis, lalu diwujudkan.
Kami memulai metode budidaya tanaman Hidroponik dengan memikirkan lingkungan. Ikhtiar menggunakan botol bekas bagian dari upaya/ kampanye lingkungan. Saat ini saja, botol-botol yang kami kumpulkan lebih dari 1000 botol bekas. Semuanya diperolah dari tempat sampah, dari loakan dan RSUD Jampangkulon.
Setiap malam saya, mang Irmawan Andi, Denie Ramadhan, Yusuf Andes, Rahmat Yusuf, dan teman-teman lainnya membersihkan botol bekas. Lalu, mengecat dengan warna hitam dan membuat bolong botol bekas menggunakan pipa besi yang dipanaskan.
Peduli Lingkungan dan Tidak Membiarkan Botol Berada di Tumpukan Sampah

Jika kita tidak peduli lingkungan, maka botol bekas itu entah berada dimana saja. Botol dan barang bekas bisa berada di tumpukan sampah, TPA, bahkan banyak muncul di muara lautan. Sehingga merusak ekosistem biota laut. Kegiatan menggunakan bahan bekas atau botol bekas memang sangat minim apresiasi. Karena dimata mereka budidaya tanaman hidroponik yang bagus itu harus dibuat dari bahan-bahan mewah, baru dan kokoh. Padahal esensinya adalah bagaimana bisa memanfaatkan sesuai fungsinya.
Sejatinya tidak semua akan mengapresiasi kegiatan kita. Tetapi, disisi lain akan ada banyak orang yg sepemahaman dengan visi misi kita. Hal yang terpenting tetap dilakukan dengan konsisten. Pada prinsipnya bukan Prestise yang kita kejar, tetapi kebermanfaatan terhadap lingkungan. Suatu produk bisa digunakan terus menerus secara berkelanjutan.
Terima kasih mang Dede Suryana kang Diki Zulfikar sudah mengapresiasi kami. Semoga semangat kita tetap sama bagaimana lingkungan tetap terjaga dengan baik. Mari mulai ketahanan pangan dari rumahan.
Hidayat Asep
Pengelola Kampung Wisata Hanjeli Sukabumi