Hebat, Warga Kampung Cijati Desa Cicantayan Sukabumi Bikin Bank Sendiri!

Bagaimana jika sebuah kampung bikin bank sendiri dan mengajak warganya menabung dengan cara tak biasa? Kampung Cijati di Desa Cicantayan, kabupaten Sukabumi mencoba membangun bank sampah secara mandiri.
Berawal dari rencana yang sudah dipikirkan sejak 4 tahun lalu, melihat cara pendiriannya melalui youtube, dan mengikuti pelatihan mengenai bank sampah di Desa Sukamantri, Cisaat. Lili Solehudin memberanikan diri membangun bank sampah di Kampung Cijati Desa Cicantayan.
Meskipun sempat terhalang beberapa kendala, kurangnya relawan, dan bagaimana membuang sampah organiknya. Akhirnya ada jalan untuk membentuk bank sampah secara mandiri bersamaan dengan Kampung Cijati Cicantayan juga mulai melakukan pengelolaan sampah.
Bikin Bank Sampah di Kampung Cijati Bukan Demi Mencari Keuntungan, Lalu Apa Tujuannya Sebenarnya?

Lili Solehudin sebagai pendiri bank Sampah Kampung Cijati, Desa Cicantayan menyatakan kalau tujuan bikin bank sampah bukan mencari keuntungan. Melainkan berniat untuk membantu operasional relawan dan labanya akan disalurkan kepada jompo dan anak yatim. Rencana kedepannya, dapat memberikan pinjaman modal kepada warga yang dibayar dengan sampah.
Sejak dibentuk awal Bulan September, jumlah nasabah belum banyak dan peralatan juga belum lengkap. Misalnya timbangan yang diinginkan belum terbeli. “Alat juga belum lengkap, seperti timbangan belum ada. Uangnya dikumpulkan dulu, maklum karena modal sendiri,” kata Lili.
Dijelaska lebih lanjut, bank sampah bukan tempat membuat sampah. Melainkan didirikan memang beriringan dengan adanya pengelolaan sampah di lingkungan Kampung Cijati.
Warga diminta memisahkan sampah organik dan organik lebih dulu. Lalu, sampah anorganik seperti botol plastik dan benda lain yang bernilai ekonomis, warga bisa menjualnya ke bank sampah. Sedangkan sampah organiknya dibuang ke TPS oleh tim relawan.
“Warga yang membuang sampah melalui tim diharapkan akan menjadi nasabah bank sampah. Sambil kita mengumpulkan sampah organic, kita juga menanyakan ada atau tidaknya sampah anorganik yang akan ditabungkan seperti kardus, besi dan lain-lain.”
Tim relawan juga melayani untuk menjemput sampah yang akan ditabungkan, jika nasabah tidak bisa datang ke lokasi bank sampah.
Sampah organik sebenarnya ingin bisa diolah menjadi kompos, namun ilmu dan alat yang terbatas menjadi kendala. Sehingga, sampah organik dibuang dulu. “Program di kepala banyak sih, cuman enggak mungkin berjalan semua berbarengan. Harus dijalankan satu per satu,” cetus Lili.
Cara Menabung di Bank Sampah

Nasabah diminta untuk memisahkan sampah yang ada di rumah. Satu kantong berisi sampah organik (sampah yang akan membusuk, termasuk sampah popok bayi) dan satu kantong lainnya sampah anorganik (plastik, kardus, kaleng dan sebagainya/ tidak akan bisa diuraikan atau membusuk).
Lalu sampah organik dibawa ke bank sampah yang telah ditentukan tempatnya atau bisa memanggil petugasnya untuk ditimbang. Sampah yang dianggap bisa dijual akan dihargai, selanjutnya dicatat di buku tabungan.
Kalau sampah organiknya setiap jumat dan sabtu di simpan di sekitar rumah, maka akan dibawa oleh petugas dan akan dibuang ke tempat pembuangan.
Ada beberapa hal yang menjadi catatan dari pendirian bank sampah Kampung Cijati Cicantayan, antara lain:
- Dari Keuntungan Bank Sampah akan digunakan untuk disisihkan kepada anak yatim, jompo, dan orang yang sakit.
- Diharapkan mengutamakan untuk menjual sampah di dalam kampung, daripada keluar. Karena kehidupan di kampung saling membutuhkan.
- Tidak apa-apa menjual ke luar kampung, tetapi tidak mendukung kepada program Bank Sampah yang ada.
Dengan tagline “Dari Kita, Oleh Kita, Untuk Kita,” Bank Sampah yang dinanakan Resik 57 sudah mulai menjalankan kegiatan menabung. Lili tampak bersemangat bisa bikin bank sampah di kampung Cijati Desa Cicantayan dan ingin bisa terus mengembangkannya.