Kampung Egrang Sukabumi Menjadi Tempat Karya Ilmiah MAN 1 Pamuruyan Cibadak

Kampung Egrang Sukabumi Menjadi Tempat Karya Ilmiah MAN 1 Pamuruyan Cibadak

Kampung egrang Sukabumi kembali kehadiran tamu. Kali ini, Siswa dari Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Pamuruyan Cibadak yang berkunjung untuk membuat karya ilmiah Bidang Studi Sosiologi.

Para siswa tersebut ingin melakukan observasi mengenai permainan tradisional yang dilestarikan di Rumah Baca Bambu Biru di Kampung Cibiru, desa Cantayan, Kec. Cicantayan. Kabupaten Sukabumi. Mereka juga tertarik melihat alat musik tradisional yang terbuat dari bambu.

Apalagi anak-anak yang berada di Kampung Egrang Sukabumi tampak terbiasa bermain permainan tradisional, seperti egrang, congklak, poces, sondah. Lalu, Pibsa, Ketua Pengelola Rumah Baca Bambu Biru mempersilahkan para siswa MAN 1 tersebut untuk menanyakan apa saja tentang Kampung Egrang Sukabumi.

Ada beberapa hal yang ditanyakan seperti tentang sejak kapan Kampung Cibiru ditetapkan sebagai kampung egrang, jenis permainan tradisional yang biasa dimainkan, dan alat musik tradisional apa saja yang sudah dikenal anak-anak Rumah Baca Bambu Biru.

Para siswa juga bertanya tentang festival budaya yang dilakukan setahun sekali dan manfaat dari pengenalan permainan tradisional kepada anak-anak di Kampung Cibiru. Pibsa sebagai penggagas mengenalkan permainan tradisional menjelaskan, ada beberapa hal yang bisa ditemukan di Kampung Egrang Sukabumi.

Permainan Tradisional menjadi mainan keseharian di Kampung Egrang Sukabumi

Sejak awal mula berdirinya Kampung egrang Cibiru Sukabumi pada Januari 2016, permainan tradisional sudah dikenalkan kepada anak-anak Rumah Baca Bambu Biru. Permainan tradisional seperti egrang dan congklak menjadi pemantik bagi minat anak-anak untuk membaca buku di Rumah Baca Bambu Biru.

Mereka biasanya bermain di sekitar rumah baca. Kalau bosan bermain, mereka akan datang membaca buku. Sebaliknya, anak-anak yang bosan membaca buku, akan bermain egrang dan congklak.

Anak-anak juga tampak sedang bermain sondah (engklek), lompat tali, dan poces (kelerek) ketika siswa MAN berkunjung ke Kampung Egrang Cibiru. Semua alat permainan tersedia di Sanggar rumah panggung ala bangunan tradisional sunda sebagai tempat segala aktivitas Rumah Baca Bambu Biru. Sanggar tersebut bernama Saung Riung Maca.

Wadah Kreativitas Bermain Alat Musik Tradisional

Alat musik tradisional pun disediakan di Saung Riung Maca yang bangunannya masih dalam tahap proses penyelesaian dan butuh bantuan donasi untuk pembangunannya.

Adapun alat musik tradisional yang tersedia di rumah Baca Bambu Biru, seperti Celempung Renteng, Celempung Indung, Kendang, dan Karinding. Anak-anak bebeas mau memainkannya kapan saja. Mereka mulai bisa memainkan alat tradisional yang tersedia di Rumah Baca Bambu Biru.

Anak-anak dilatih menggunakan alat permainan tradisional oleh pemuda lokal. Jadi, mereka tidak harus mendatangkan guru dari luar dan tidak mengeluarkan biaya untuk latihan.

Rumah Baca Bambu Biru Memiliki Buku Gratis yang Bebas Dibaca Kapan Saja

Koleksi buku Rumah Baca Bambu Biru memang tidak terlalu banyak. Namun, koleksi tersebut bisa membuat anak-anak tertarik untuk membaca buku. Koleksi buku dari berbagai jenis, dari buku pertanian, memasak, sampai buku kuliah pun ada.

Sayangnya, Rumah Baca Bambu Biru masih kekurangan buku untuk usia anak sekolah. Apalagi anak-anak usia SD hingga SMA jumlahnya cukup banyak.

“Kalau donasi dan buku bergulir memang ada dari donatur dan komunitas. Tetapi tetap kurang bagi anak-anak Bambu Biru,” kata Pibsa menjelaskan masih membutuhkan buku khusus bagi anak-anak. Rumah Baca Bambu Biru memang tampak ramai didatangi anak-anak. Bahkan ada yang sedang asyik memainkan alat permainan tradisional di tengah ruangan Saung Riung Maca.

Pengelola Rumah Baca Bambu Biru sedang Membangun Sanggar Sebagai Wadah kegiatan Anak-Anak

Rak buku masih terletak di depan rumah pengelola. Kalau malam hari pun, buku tidak dimasukkan ke rumah. Karena ruangan rumah yang sempit untuk menyimpan semua rak buku.

Anak-anak pun membaca buku biasanya di teras rumah. Apesnya kalau datang hujan, air akan membasahi teras rumah. Kegiatan anak-anak membaca buku, bermain, dan berlatih musik tradisional Terpak berhenti.

Oleh karena kondisi tersebut, ketua pengelola berinisiatif mencari dana untuk pembangunan, “Sang Riung maca” bergaya bangunan tradisional sunda yang dinding dan lantai terbuat dari pohon bambu. Sedangkan, atapnya ditutup dengan alang-alang yang diambil dari lahan perkebunan di kampung Cibiru.

Saung Riung Maca nantinya berfungsi sebagai tempat penyimpanan buku, ruangan baru rumah baca, sanggar keeaktivitas seni tradisional, dan pembuatan aneka kerajinan bambu.

Pembangunan berjalan lambat, karena pengelola memiliki dana terbatas. Sehingga kapan ada uang, barulah pembangunan dilanjutkan. Sementara‚ atap dan sebagian dinding masih dibiarkan terbuka. Meski, anak-anak telah memanfaatkan rumah panggung itu untuk tempat berlatih musik tradisional.

Baca juga :

Gerak Penggiat Literasi Sukabumi Berbagi Baca Buku Gratis di Alun-Alun Cisaat

3+ Bisnis Luna Maya dari Kuliner Martabak Hingga Dunia Fashion

Penutup

4 Hal tersebut yang dapat ditemukan Kampung Egrang Sukabumi. Anak-anak kampung Cibiru tetap memainkan permainan tradisional dalam kesehariannya. Mereka tidak terpapar kecanggihan smartphone yang mungkin biasa dimainkan oleh anak-anak di tempat lainnya.

Untuk pengelolaan Rumah Baca Bambu Biru, mereka masih membutuhkan bantuan donasi buku dan pembangunan Saung Riung Maca. Apalagi buku dan bangunan dibutuhkan untuk menunjang segala aktivitas Rumah Baca Bambu Biru.

Untuk informasi kegiatan Rumah Baca Bambu Biru, kamu bisa menghubungi Pibsa (0815-7221-8580). Dia akan merespon dengan baik apabila ada orang yang menghubunginya.

admin

One thought on “Kampung Egrang Sukabumi Menjadi Tempat Karya Ilmiah MAN 1 Pamuruyan Cibadak

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *