Tukang Parkir Indomaret Enggak Bisa Dapat Rp150.000 per hari Karena Virus Corona

Tukang parkir indomaret bercerita kalau masa pandemi virus corona membuatnya tidak bisa dapat Rp150.000 seperti biasanya. Padahal hari itu hari minggu. Semeastinya menjadi waktu ramai-ramainya orang makan bubur ayam di depan minimarket tersebut.
Kini, suasana ramai itu berganti sepi, pengunjung tampak hanya satu atau dua orang saja. Sepeda motor dan mobil pun begitu sedikit. Kondisi ini membuat hidup menjadi tak mudah bagi dirinya. Lahan Parkiran yang lowong dengan sedikit kendaraan bermotor itu memangkas penghasilan hariannya.
“Akang lihat aja, ini masih Rp30.000 sudah siang gini. Biasanya Rp150.000 enggak kemana. Mana panas lagi,” katanya menggerutu. “Segini juga belum lockdown ya, gimana kalau semua orang enggak boleh keluar rumah. Enggak makan anak dan istri saya,” melanjutkan keluh kesahnya.
Sebagai tukang parkir, Dadang bukan nama sebenarnya sangat merasakan dampak virus corona. Penghasilan jauh berkurang dan dianggap enggak bakal cukup untuk kebutuhan sehari-hari. Apalagi uang yang didapat dari memaju dan memundurkan kendaraan itu harus dibagi beberapa teman-teman lainnya..
Orang menjadi eggak keluar meski di hari minggu. Tidak tampak keramaian, sedikit sekali orang lari pagi, megayuh sepeda dan berbelanja, Kehidupan tampak berubah berubah drastis. Pengunjung indomaret pun jumlahnya turun sangat drastis. Apalagi dibuat aturan baru oleh Walikota cuma boleh buka sampe jam lima sore lagi.
Itu artinya, “jam kerja” Kang Dadang semakin terbatas. Semakin pendek waktu aplusan dengan teman-teman lainnya. Lahan parkiran minimarket tidak dikuasai sendiri, ada orang-orang lain yang berebut lapak yang sama untuk bertahan hidup.
Virus Corona Mengubah Nasib Tukang Parkir Indomaret Semakin Merana
Tidak ada pilihan lain, selain bekerja menjadi tukang parkir Indomaret. Meski suasana begitu sepi, Kang Dadang harus terus bekerja. Ia tahu kalau pemerintah membuat imbauan di rumah saja. Tetapi itu tidak mungkin dilakukanya, “Keluar cari uang sedikit saja susah, apalagi di rumah terus,” katanya meradang. Sementara, kedua anaknya terus minta jajan dan perlu akan. Sementara istri akan cemberut tak karuan kalau tidak pegang uang.
Orang-orang seperti dirinya dengan penghasilan harian yang sedikit terpaksa ke luar rumah dan tak mampu berbuat banyak menghadapi dampak virus corona. Tidak ada uang tabungan untuk membuat mereka bisa bertahan lama. Sementara tidak semua keluarga mendapat bantuan pemerintah. Maka, diri sendiri adalah penolong terbaik, agar kehidupan rumah tangga terus bertahan.
Waktu tiga minggu saja sudah menggerus kemampuan ekobomi keluarga yang penghasilannya pas-pasan. Tidak bisa bertahan lebih lama lagi, “Kalau situasinya lama begini. bikin susah juga ya. enggak bisa ngumpilin uang kayak dulu lagi,” katanya sebelum memandu sebuah mobil ke luar dari lahan parkir indomaret. Sayangnya, ia tak diberi uang sepeser pun dari pengendara mobil tersebut. “Duh, apes bener.”