Stigma Terhadap Waria : Apakah Bisa Berakhir Setelah Ferdian Paleka Ditangkap?

Stigma Terhadap Waria bisakah berakhir setelah Kasus Video Youtube sampah? Meski, membuat banyak orang peduli dan sekaligus jengkel terhadap tersangka. Stigma adalah label yang diberikan masyarakat kepada seseorang yang dianggap berbeda. Cap yang sering diarahka bagi mereka yang dianggap tidak normal. Dampaknya orang yang dilabeli mendapat ketidak adilan dalam kehidupan sehari-hari. Stigma terbentuk ketika menilai prilaku dan apa yang terlihat, misalnya bentuk fisik tidak sesuai dengan norma yang dibentuk oleh masyarakat.
Stigma terhadap waria yang terjadi karena masyarakat menilai seorang laki-laki yang mengekspresikan dan menampilkan dirinya kelihatan feminim tidak wajar. Orang tersebut akan mendapat stigma dari masyarakat dengan panggilan “banci”. Akhirnya, waria mengalami diskriminasi dalam kehidupan sehari-hari disadari atau tidak. Contoh kecilnya menertawakan, mereka yang sedang mengamen atau malah lari dan ada pula yang memaki.
Perlakuan tidak adil terhap mereka dianggap sah-saja saja malah dianggap wajar seperti yang terlontar dari mulut Ferdian Paleka menyebut “sampah masyarakat”. Padahal pelaku melakukan perbuatan lebih “sampah” dengan tidak menghargai orang lain yang sedang mencari nafkah. Bukan membantu kaum transpuan yang juga mengalami kesulitan, malah membuat prank sampah, setelah itu tertawa seolah tidak akan ada sanksi hukum atas perbuatannya.
Melawan Stigma Terhadap Waria dengan Peduli Terhadap Mereka
Bukan cuma ketika mengamen saja mereka ditertawakan atau perlakuan tidak adil lainnya kerap terjadi. Mereka diusir dari lingkungan tempat tinggal dan sering diacuhkan dalam kegiatan sosial masyarakat. Intinya kaum transpuan sering mendapat perilaku tidak menyenangkan? Padahal, bagaimana pun kondisi mereka, mereka berhak mendapatkan perlakuan yang sama. Stigma terhadap waria justru membuat mereka menghindar dan hanya berteman dengan komunitas atau kelompok yang sama saja.
Oleh karena itu, mereka sebaiknya dirangkul dan juga diperhatikan sebagai bagian masyarakat. Kaum waria juga berupaya untuk bertahan hidup pada masa pandemi COVID-19. Mereka punya hak untuk mencari nafkah, hak untuk tetap sehat, dan mendapat perhatian yang sama dari pemerintah. Jangan sampai stigma masyarakat membuat mereka luput dari perhatian dan berjuang seorang orang diri atau bersama kelompok saja dalam bertahan hidup. Ketika mencari nafkah dan butuh uluran bantuan, malah dikerjai oleh orang-orang jahat seperti prank sampah Ferdian Paleka.
Kepedulian khalayak ramai yang menghujat prank sampah tersebut sesungguhnya menjadi kabar baik. Secara sosial, masyarakat juga peduli terhadap kaum waria dan tidak membiarkan perlakuan buruk diarahkan kepada mereka. Perlakuan tersebut jangan cuma sementara saja.
Waria juga Kehilangan Pekerjaan Di Masa Pandemi COVID-19
Ketahuilah bahwa Pandemi virus corona membuat kaum waria juga terpuruk secara ekonomi. Kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar juga turut menghancurkan sumber mata pencaharian mereka. Mereka yang tadinya masih bisa bekerja di salon, terpaksa gigit jadi karena pelanggannya jauh berkurang. Hingga akhirnya terpaksa tutup. Belum lagi, mereka yang tadinya bisa bekerja sebagai penyedia jasa rias pengantin juga sepi pesanan karena memasuki bulan Ramadan. Orang hajatan semakin berkurang dan juga dilarang ketika memasuki masa pandemi corona.
Lalu, mereka pun semakin terpuruk dan mengalami kesulitan mencari uang untuk kebutuhan hidup sehari-hari. Nasib yang lebih naas terjadi terhadap mereka yang berjuang hidup sebagai pekerja seks. Sudahlah pekerjaan mereka dinilai tak pantas, kerap diuber-uber petugas, dan sering pulang tanpa mendapatkan uang sepeser pun.
Tidak mudah hidup dalam stigma. Semakin tidak mudah ketika semakin sedikit yang peduli pada nasib mereka. Cobalah lihat lebih dekat kondisi mereka, kaum waria atau tranpuan juga butuh bantuan kita semua. Mari peduli dan jangan lakukan perbuatan buruk seperti yang dilakukan prank sampah youtuber Ferdian Paleka.