Satu penggalan kalimat yang teringat di Buku dan Film Dilan 1990 oleh pembacanya adalah “Iya. Aku ramal, nanti kita akan bertemu di kantin”. Kalau anak jaman sekarang tidak mengerti, kenapa harus diramal segala untuk bisa bertemu kekasih pujaan?
Ya jawabannya sederhana saja tidak ada handphone buat kirim WhatsApp buat si dia jaman kehidupan Dilan 1990. Anak SMA masa itu yang kasmaran memiliki cara berbeda dengan jaman sekarang. Ada Beberapa Hal yang Harus Kamu Tahu tentang Pacara Jaman 1990an.
Film Dilan 1990, Mengungkapkan Perasaan Melalui Surat dan Telepon Umum
Kalau ingin bicara, ya harus mencari telepon umum. Paling apes kalau orang sudah jauh-jauh mencari telepon umum, eh malah diangkat sama bapaknya si dia. Rugi koin dan waktu, yang dihabiskan di jalan.
Mau kenalan pun harus bertemu langsung, soalnya kalau mau nelpon ya harus mencari telepon umum. Melas, telepon umum jauh. Bahkan, mau sekedar pendekatan pun harus mengirim surat segala. Surat pun terkadang tidak dikirimkan langsung. Seperi Dilan, dia mengirimkan‚ surat melalui perantara si Piyan segala.
Cinta masa lalu, adalah masa kasmaran penuh rasa malu-malu. Bahkan untuk bisa duduk bersamanya untuk pertama kali tidak kebayang rasanya. Dilan 1990 yang dikenal nakal pun enggak berani tuh pedekatan ceplas-ceplos sama Milea. Apa mungkin karena Dilan itu unik ya. Pendekatannya emang rada beda.
Dilan Butuh Angkot untuk Pendekatan dengan Milea Adnan Hussain
Tidak cukup berkirim surat dan menelpon lewat telpon rumah saja. Jamannya Dilan 1990, sebagian besar siswa sekolah tampaknya masih berjalan kaki menuju sekolah.
Gambaran itu dimunculkan dalam buku Dilan dan Cerita Dilan 1990. Milea berjalan diantara kabut tipis yang hadir di sela sinar matahari pagi.
Lalu, tiba-tiba seorang panglima motor geng motor datang dengan mengendarai sepeda motor. Bukan main Dilan. Jaman itu dia sudah punya motor sendiri untuk angkutan menuju ke sekolah.
Sementara sebagian besar siswa lainnya harus berjalan kaki menuju sekolah. Milea saja yang anak TNI harus berjalan kaki. Demi mengenal Milea Adnan Hussain, Dilan pun harus rela naik angkot segala dan motor dititipkan ke temannya. Jadi pendekatan itu lebih baik naik angkot bersama si dia.
Kalau ingin Bicara dan Marah Harus Bertemu ada di Film Dilan 1990
Asyiknya bertemu pada masa 1990an itu, kita harus bertemu dengan pujaan hati. Enggak ada tuh marah-marah via WhatsApp, Video call, apalagi sampai kirim emoticon segala.
Kisah cinta masa lalu itu, melibatkan emosi, tatapan mata, dan berbicara langsung. Jadi enggak ada ceritanya diputusin lewat pesan WhatsApp ala anak jaman sekarang.
Dilan 1990 itu jantan sekali, dia berani datang ke rumah Milea. Dia pun romantis meski tampak aneh. Dia mau berikirim surat dengan beragam perantara dan mengirim kado TTS yang sudah diisi. Kenakalannya bisa memikat hati Milea.
Suatu kali, ketika Milea hendak marah sama Dilan. Milea Adnan Hussain harus mencarinya. Bayangin saja, kalau sudah lelah mencari orangnya enggak ada di tempat. Adanya ya Milea malah rebut sama temannya Dilan. Abisnya, enggak bisa janjian dulu sih.
Bersyukurlah Milea memiliki pacar tampan dan jantan. Dilan terpaksa berkelahi sama temannya sendiri. Seperti kata Dilan, “Milea, jangan pernah bilang ke aku ada yang menyakitimu, nanti, besoknya, orang ituakan hilang”.
Baca juga :
Bumi Kopi, Langkah Awal Kebangkitan Kopi Lokal Sukabumi
Tamasya Taman Nasional Gunung Gede Pangrango Saja!
Bandung Masih Sangat Sejuk, Itu yang Dituliskan Pidie Baiq di Novel Dilan 1990
Novel Dilan ditulis oleh Pidie Baiq dengan alasan dia rindu kehidupan dan lingkungan Bandung pada masa lalu. Dia masih ingat betul bagaimana suasana bandung yang begitu sejuk. “Mungkin, Bandung Diciptakan Ketika Tuhan Tuhan Sedang Tersenyum,” itu Pidie Baiq mengenang Bandung pada masa mudanya.
Pidie Baiq tampaknya berusaha membuat cerita Dilan dengan latar belakang Kota Bandung yang adem. Kota yang masih rama dengan udara segar. Bukan Bandung yang macet dimana-mana. Bukan pula Bandung yang dipenuhi kendaraan dari kota lain ketika akhir pekan.
Anak sekolah pada masa Dilan 1990, adalah mereka yang memakai sepatu Warrior atau kets dan mengenakan jaket. Maklum Bandung masih sangat dingin waktu itu. Kalau sekarang pakai jaket seharian, ya bisa kepanasan.
Jadi, wahai yang sudah baca novel dilan 1990 dan penonton film dilan 1990 yang masih belia, bukan yang masa SMA-nya tahun 1990an. Ketahuilah bahwa pacaran masa itu unik sekali. Kalau rindu harus berkirim surat dan bicara melalui telepon umum. Mau ketemu tidak bisa kirim pesan singkat dulu. Ya bagaimana pun harus bertemu di sekolah.
Cerita novel Dilan 1990 mengingatkan penonton yang masa SMA-nya tahun 1990 pernah melewati masa remaja tanpa handphone. Komunikasi dilakukan dengan tatap muka. Kalau mau berteman ya harus keluar rumah. Karena kalau rindu, kamu tidak bisa video call dengan si dia.
Kalau mau tahu begitu kerennya Dilan. Ya tonton saja filmnya yang mulai tayang tanggal 25 Januari 2018. Jangan lupa baca‚ bukunya.
“Biar bagaimanapun dia adalah Dilan, Dilanku, milikku. Dan Sudah, aku tidak minta apa-apa lagi, ” Milea dalam Novel Dilan 1990.