Perempuan Memiliki Penghasilan Sebagai Upaya Ketika Suami Tidak Bekerja Karena Dampak COVID-19

Perempuan memiliki penghasilan sebagai upaya ketika suami sebagai kepala keluarga berhenti dari pekerjaannya karena dampak pandemi COVID-19. Saya ingin berbagi cerita dari 2 orang fasilitator EKATA di Bojonglongok, Sukabumi. Nama mereka teh Badriah dan teh Maryanah, begitu sapaan saya kepada keduanya.
EKATA (Empowerment, Knowledge And Transformative Action) adalah kelompok perempuan yang dibentuk sebagai wadah berkumpul, bercerita dan saling mendengarkan. Selain itu, saling mendukung untuk mencari jalan keluar bagi masalah sehari-hari para perempuan pekerja di lingkungannya.
Teh Badriah adalah ketua kelompok EKATA Edelwis dan teh Maryanah adalah Ketua kelompok EKATA Kenanga. Keduanya juga merupakan pengurus dari kelompok pra Koperasi Nurunnisa Sejahtera yang merupakan gabungan dari 8 kelompok EKATA di Wilayah Desa Bojonglongok. Saat ini keduanya sedang berjuang untuk mencari sumber rezeki bagi keluarganya, karena suaminya sudah hampir 2 bulan ini tak lagi bekerja. Mereka mempunyai masalah yang sama, menjadi bagian dari yang terkena dampak Covid-19.
Cerita Teh Badriah sebagai Perempuan Tetap Berupaya Memiliki Penghasilan dengan Berjualan Aneka Jajanan

Suami teh Badriah belum bisa kembali bekerja ke Jakarta, dan usaha penjualan barang secara kredit yang dijalankannya harus terhenti sementara. Ia tidak bisa melakukan penagihan. Ketika melakukan penagihan pun, pelanggannya tidak bisa menyetorkan uang karena sudah banyak tidak lagi bekerja atau sudah dirumahkan.
Upaya yang dilakukan teh Badriah supaya mendapatkan penghasilan dalam keluarga adalah dengan mulai mencoba berjualan aneka jajanan. Jajanan yang biasanya disediakan untuk berbuka puasa, seperti pisang lumer, kolak, risol dan agar-agar yang sudah dikemas. Usahanya mulai dilakukan sejak tanggal 1 bulan Ramadhan, dengan modal awal Rp 200.000. Dari penjualan tersebut, Ia memiliki pendapatan antara Rp 60.000 s.d 80.000 per hari.
Pada hari keenam berjualan memang belum terlihat keuntungannya, karena ada saja makanan yang tak terjual dan masih ada sisa bahan baku. Untuk mengontrol perkembangan usahanya, teh badriah melakukan pencatatan keuangan sederhana, seperti yang sudah dipelajari pada materi EKATA tentang literasi keuangan.
Teh Badriah melakukan pekerjaan ini tidak sendirian tapi bersama dengan suaminya. Mereka berbagi tugas dalam membereskan pekerjaan di rumah dan persiapan produksi makanan, seperti nyuci dan memotong sayuran. Begitu ceritanya yang diungkapkan melalui pesan whatsApp. Karena virus corona, suami dan istri menjadi sering berdua an.
Teh Maryanah Memperoleh Penghasilan dengan Menjahit Kerudung Anak
Setiap masalah pasti ada jalan keluarnya asalkan ada kemauan. Jalan berbeda dilakukan oleh teh Maryanah. Untuk bisa memperoleh penghasilan bagi keluarganya, bu Maryanah bekerja di rumah menjahit kerudung anak. Pekerjaan tersebut diambilnya dari konveksi di dekat rumahnya. Bekerja di rumah sambil menjaga bayi kecilnya yang masih berusia 4 bulanan tentunya tak mudah. Ia perlu kerjasama dalam keluarga dengan suami dan anak-anaknya.
Upah yang diperoleh dari jasa menjahit Rp 1200/ pcs. Saat ini teh Maryanah sudah mengambil 2 PO (1 PO = 321 pcs). “Satu PO itu bisa selesai satu minggu-an lebih karena mengerjakan sambil mengisi waktu dan mengurus bayi. Tetapi hasilnya itu juga lumayan buat nyambung-nyambung hidup,” begitu katanya saat bercerita via pesan whatsApp..
Begitula cerita dari teh Maryanah dan teh Badriah. Mereka tidak berdiam diri ketika suami terpaksa berhenti bekerja. Mereka tetap mencari cara untuk tetap memiliki penghasilan. Semoga cerita tersebut bisa menginspirasi para perempuan lain yang kondisi ekonomi keluarganya terdampak wabah COVID-19. ????
Ditulis Oleh : Eti Haryati