Impian Terbesar Perempuan dan Peran Setelah Menikah, Bagaimana dengan Kamu?

Apakah peran perempuan setelah menikah hanya terpaku diurusan domestik atau rumah tangga saja? Pertanyaan itu pasti yang muncul pada saat seorang perempuan memasuki dunia yang baru setelah berkeluarga.
Awalnya dia bebas bisa menentukan keinginannya dan mengejar mimpinya. Namun apa yang terjadi ketika dia sudah berkeluarga, seakan-akan sayap impiannya patah dan terkurung dalam strereotif seorang perempuan berkeluarga yang umum menjadi pandangan masyarakat. Seolah hanya fokus pada urusan rumah tangganya saja.
Bagaimana bila dia bekerja? bekerja bukan karena dia ingin tapi karena tuntutan keadaaan ekonomi. Dimana nasib seorang perempuan tidaklah sama dengan perempuan lainnya. Apakah bisa menyalahkan nasib?
Sepertinya bukan keputusan yang tepat bila hanya menyalahkan nasib, karena ketika dia menikah impiannya bukanlah menjadi penopang untuk keluarganya. Tetapi impian terbesar perempuan bisa hidup tenang dengan keluarganya.
Mimpi-Mimpi Peran Perempuan Setelah Menikah, Apakah Laki-Laki Memikirkannya?
Mimpi… Benar itu adalah impian dari seorang perempuan lajang yang belum mengetahui dunia setelah dia menikah. Status maupun peran yang akan dia rasakan berbeda. Sehingga, lambat laun menjadi beban yang banyak dirasakan oleh para perempuan di luar sana.
Pilihan menjadi ibu rumah tangga atau ibu yang bekerja terkadang menjadi suatu hal yang dilematis berkaitan dengan pandangan dan juga capaian yang diinginkan. Namun keduanya adalah suatu pilihan yang harus dipikirkan dengan matang, karena semua dipengaruhi oleh kondisi dan faktor lain yang mendorong seorang perempuan untuk memutuskan mana yang terbaik baginya dan keluarga.
Apakah laki-laki juga memikirkan hal yang sama? mungkin mereka memiliki perspektif sendiri yang juga dilingkupi oleh egonya bukan oleh hatinya. Banyak perempuan yang bekeja karena tuntutan ekonomi keluarga sehingga hilanglah mimpi-mimpinya, waktunya, suaranya dan kesempatannya untuk mengembangkan dirinya. Karena 8 jam bahkan lebih waktunya habis untuk bekerja.
Akibatnya waktu untuk anak menjadi terbatas bahkan hilang. Karena pikiran dan tubuhnya sudah lelah dengan beban pekerjaan dan urusan domestik di rumah. Semuanya tertahan di hati. Banyak dari mereka yang mengalami stres dan kelelahan. Namun hal itu tidak diungkapkan sehingga menjadi bola frustasi yang siap meledak kapan saja.
Apakah Peran itu Pernah Terlintas pada saat Dia Lajang?
Sepertinya tidak dan impiannya mengenai kehidupan yang bahagiapun perlahan pudar. Karena digantikan impian baru untuk bisa menopang ekonomi keluarganya. Kemana sang pasangan yang berjanji untuk bisa menghidupi dan membahagiakannya? mungkin sudah tidak bisa dijawab lagi.
Perempuan itu sudah tahu tidak bisa menyandarkan harapannya kepada pasangannya. Namun janganlah berpikir bahwa hidup harus bertahan hanya untuk anakmu. Pikirkan juga untuk dirimu sendiri.
Cintailah dirimu terlebih dahulu dan ajak dirimu untuk beristirahat sejenak. Kemudian keluarkan tekadmu untuk bisa bersuara. Ajak pasanganmu untuk bicara persoalan dan beban yang dihadapi karena semua yang dilakukan bukan semata-mata tanggung jawabnya.
Tepislah pandangan lingkunganmu yang menyudutkan dirimu dan buktikan bahwa dirimu berjuang untuk diri sendiri. Bahwa perempuan bekerja juga layak bahagia, layak istirahat, layak bersuara dan layak dihargai.