Fri. Apr 19th, 2024
    Sekolah Alam IndonesiaSekolah Alam Indonesia

    Akhirnya masa tahun ajaran semester genap ini berakhir, anak saya menyelesaikan masa pembelajarannya dididik di sekolah alam selama satu tahun. Kalau banyak orang tua bilang, “Enggak terasa ya setahun berlalu?” Bagi saya sangat waktu terasa, hari demi hari menjadi seseorang yang antar jemput, bermain, dan belajar bersamanya.

    Disamping ada ibu yang menjadi tempat belajar terbaik pula selama ini. Setahun berlalu begitu banyak perubahan pada diri anak saya. Saya sadari perkembangan pada diri si kecil sebagian besar karena pengaruh sekolah. Sebagian lagi dari Orang tua.

    Artikel menarik lainnya: Antusiasnya Orang Tua Dalam Kegiatan Market Day Sekolah Alam Indonesia Sukabumi

    Apa yang Didapat Setelah Anak dididik di Sekolah Alam Selama 1 tahun?

    Dunia Sekolah Penuh Kegembiraan

    Anak saya merasa selalu riang gembira ke sekolah. Tidak pernah malas. Kalau pun tampak enggak ke sekolah, itu karena di ingin istirahat saja. Selebihnya hidup bahagia setengah hari dihabiskan di sekolah. Proses belajar-mengajar yang santai membuat pergi ke sekolah bukan beban.

    Saya sering mengintip dari jendela kelas bagaimana si kecil belajar. Tak jarang saya lihat, dia menulis sambil tiduran, meski sering pula fasilitatornya tampak kocar-kacir mengajak anak didiknya agar belajar secara tertib. Fasilitator dan teman-teman yang asyik mungkin menambah nilai kebahagiaan selama di sekolah.

    Anak Menjadi Lebih Liar dan Mengeluarkan Ekspresinya

    Kalau sedang jalan-jalan sama anak saya, dia semakin tak bisa diam. Ada saja tingkahnya. Dari beribu pertanyaan, ratusan tingkah tak terkontrol, hingga puluhan maaf sama orang pernah terlontar. Maaf ya maaf. Meski begitu, keliaran Arden masih dalam kondisi wajar. Dia jarang membuat orang terusik. Kalau membuat berisik itu pasti.

    Anak menjadi lebih berekspresi dengan berani bertanya, berani mengambil minum sendiri, dan menyunggingkan senyum saat orang lain menyapanya. Dunia menjadi lebih ramah. Ayah dan ibu tak sibuk membimbingnya untuk melakukan banyak hal. Si kecil berubah menjadi anak yang jauh lebih berani.

    Sikap Antri, Buang Sampah tak Sembarangan, dan Empati Semakin Tumbuh

    Sejujurnya, saya lebih memperhatikan tingkah laku dibandingkan kemampuannya dari sisi agama. Maka dari rumah, anak belajar tentang budaya antri, tidak buang sampah sembarangan, dan mengenalkan tentang empati.

    Syukurnya dia juga belajar hal yang sama di sekolah alam berbasis kearifan lokal. Anak saya belajar sabar mengantri di sekolahnya, seperti ketika jam makan. Dia belajar tentang bahaya sampah langsung dari Tempat Pembuangan Sampahnya. Empatinya semakin terasa, ketika dia bercerita tentang sikap teman-temannya di sekolah.

    Teman-teman yang semakin baik dalam bermain bersamanya. Nyaris tak pernah mendengar cerita bully membully di sekolah. Obrolannya selalu tentang dunia bermain di sekolah. Duna anak penuh keceriaan.

    Bisa Mengaji, Salat, dan Lainnya

    Ketika melihat anak bisa salat lengkap dengan bacaannya itu kok senang rasanya. Setelah beberapa bulan sekolah, dia bisa melakukannya sendiri. Begitu pula dengan wuduk, si kecil bisa membasuh satu per satu anggota tubuhnya.

    Soal mengaji dan hafalan jangan ditanya lagi. Di sekolah alam diajarkan menghafal surat pendek sedari kelas 1. Kalau dihitung sudah 10 surat pendek dihafalnya. Kalau dilihat dia tanpa terpaksa juga belajarnya. Di sekolah dia juga belajar mengaji, begitu pula di rumah.

    Pengajar Sekolah alam meminta orang tua menyediakan waktu untuk anak-anak belajar dari Pukul 18.00-21.00 wib. Meski sering di langgar, waktu tersebut digunakan buat belajar mengaji dan belajar pelajaran umum sekolah. Jadi deh hafal kaji karena diulang. Pengulangan terjadi, karena memang ada waktu anak untuk belajar.

    Bisa Membaca pun Sejak Masuk Sekolah Alam

    Syukurnya lagi, si kecil bisa membaca sejak menempuh pendidikan di Sekolah alam terbaik di Indonesia. Di rumah tak pernah ada paksaan dalam belajar membaca, kalau lebih cepat ya puji Tuhan. Siapa tak senang melihat anaknya mulai bisa membaca.

    Nah, begitulah pengalaman saya menjadi orang tua dari anak yang dididik di sekolah alam berbasis sains. Kalau secara umum, sekolah alam tampak seperti sekolah bermain, padahal tidak. Katakan saja itu sekolah buat bersenang-senang.

    Artikel menarik lainnya: Hati-Hati Memutuskan untuk Meninggalkan Anak di Rumah seorang diri

    Leave a Reply

    Your email address will not be published. Required fields are marked *