Rasis Terhadap Orang Baduy yang Tidak Perlu dan Pengetahuan Terhadap Masyarakat Adat yang Sangat Sempit

Rasis Terhadap Orang Baduy yang Tidak Perlu dan Pengetahuan Terhadap Masyarakat Adat yang Sangat Sempit

Rasis terhadap orang Baduy dengan mengejek seraya merendahkan itu tidak patut ditiru. Sebenci-bencinya terhadap orang lain termasuk kepada Presiden Jokowi, tidak mesti sampai mecaci pakaian yang dikenakan.

Karena cuma menunjukkan ketidaktahuan terhadap konteks masyarakat adat yang direndahkan dan rasa benci membabi buta toh merugikan diri sendiri. Apesnya sang pembenci harus mundur dari pekerjaannya sebagai seorang wartawan.

Tahukah Sahabat Sabumi, berjualan madu bukan sumber mata pencaharian utama bagi orang Baduy atau urang Kanekes. Bukan pula cara berdagangnya duduk di perempatan semata. Namun, ada proses panjang yang telah dilakukan, dari mengumpulkan madu hingga melakukan jauh hingga ke luar kota dan sering tampak di jalananan ibukota dan kota lainnya.

Mata Pencaharian dan Hubungan Masyarakat Adat dengan Alam Semesta

Orang Baduy mencukupi kebutuhan hidup dari sumber mata pencaharian dengan bercocok tanam di huma (berladang). Kehidupan mereka tidak dapat “dipisahkan” dari padi, sebagai lambang Nyi Pohaci Sanghyang Asri. Lokasi berladang terletak di luar pemukiman, dan di pinggiran hutan.

Semua anggota keluarga bekerja di lading. Sejak usia kanak-kanak 5 tahun, mereka sudah dikenalkan dengan pekerjaan berladang. Pada masa menggarap lahan selama sekitar7-9 bulan, mereka pun akan lebih banyak menghabiskan waktu  lebih banyak tinggal di huma. Sistem bertanam yang diterapkan adalah perladangannya berpindah dengan masa bera sekitar selama 5 tahun.

Karena masa tanam padi yang tidak berjalan sepanjang tahun sambil menunggu panen, orang Baduy memiliki mata pencaharian sampingan seperti membuat asepan, boboko, nyiru, dan membuat tas dari kulit.

Selain itu, pergi mencari hasil alam ke dalam hutan seperti rotan, pete, ranji, buah-buahan dan madu. Sedangkan, kaum perempuan mengisi waktu mereka dengan bekerja sebagai penenun. Tenunan kain menggunakan alat sederhana buatan mereka sendiri.

Dibandingkan Baduy Dalam, perbedaan dengan suku Baduy Luar yang memiliki mata pencaharian lebih beragam, seperti menyadap nira sebagai bahan gula, bertani tanaman semusim seperti kopi dan cengkeh, menanam kayu sengon, berdagang, menjadi buruh.

Orang Baduy Mampu Mencukupi Kebutuhan Hidup Sendiri

Pola mata pencaharian mereka dilakukan hanya untuk mencukupi kebutuhan hidup dan dilarang menghasilkan produksi yang berlebihan. Masyarakat adat Baduy mengelola lahan pertanian (huma) dan mengambil hasil hutan sambil menjaga perlindungan dan kelestarian lingkungan.

Selain itu, mereka juga membuat tata guna lahan secara berbeda, antara lahan pemukiman, pertanian, dan hutan tetap. Lahan pertanian digunakan untuk untuk berladang dan berkebun, serta lahan yang diberakan.

Hasil panen padi pantang untuk dijual dan dimasukkan ke dalam leuit (lumbung padi) setiap musim. Mereka juga tidak boleh mengonsumsi beras dari hasil panen terakhir. Nantinya, dimasukkan leuit dan akan diambil sebagai bekal jika tidak mampu bekerja pada hari tua. Jadi bisa dikatakan mereka memiliki padi yang cukup untuk kebutuhan hidup mereka sendiri.

Sedangkan selain hasil panen selain padi, orang Baduy biasanya menjadi hasil yang diperoleh dari alam sudah terpenuhi bagi mereka. Kegiatan ekonomi terutama untuk kebutuhan sehari-hari dan upacara adat. Sedangkan sisanya dijual ke luar Seperti madu yang dibawa ke Ibukota dan kota sekitarnya. Madu Baduy sangat terkenal karena tidak dicampur dengan bahan lainnya dan disebut madu asli.

Kehidupan Suku Baduy Kaya dengan Sumber Daya Alam dan Tidak Perlu Rasis Terhadap Mereka

Kesadaran pelestarian lingkungan dan keberadaan hutan selaras dengan mata pencaharian dan kehidupan mereka. Wilayah Baduy adalah pancer bumi sebagai inti jagat yang harus dijaga dan dipelihara dengan baik. Jika hutan rusak, maka manusia di luar jagat akan mengalami kesengsaraan.

Kehidupan mereka berdasarkan peraturan yang ditentukan dalam bentuk pikukuh karuhun. Aturan yang menjaga keseimbangan antara kawasan hutan untuk perlindungan lahan pertanian dan pemukiman. Peraturan yang tidak bisa diubah dan telah menjadi tatanan kehidupan yang berjalan secara turun-termurun.

Para pimpinan adat memiliki peran dan pengaruh terhadap seluruh sistem sosial budaya adat orang Baduy. Wewenang yang telah ditentukan oleh karuhun dengan tujuan menyelamatkan taneuh titipan (wilayah baduy) sebagai intinya jagat. Apabila taneuh titipan hancur, maka seluruh kehidupan akan rusak. Sehingga, sangat penting menjaga hutan agar tetap lestari, dan utuh.

Demikian ulasan tentang mata pencaharian masyarakat Baduy yang sangat lekat dengan keseimbangan alam. Sudahlah tidak perlu rasis terhadap orang Baduy. Karena bisa jadi kehidupan mereka lebih tenteram dan damai dibandingkan orang yang mengejeknya.

Artikel menarik lainnya: Filosofi Pakaian yang Menjadi Sumber Rasis Orang Baduy Dipakai Presiden Jokowi Saat Pidato Kepresidenan Tahun 2021

admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *