Mangupa-ngupa Adat Batak, Antara Hidangan, Adat, Dan Jiwa Manusia

Mangupa-ngupa adat batak dikenal pada budaya Batak Toba, Mandailing dan Angkola. Tujuan mangupa-ngupa adalah memohon keselamatan dan terhindar dari sesuatu yang tak dikehendaki. Orang yang memberikannya biasana keluarga terdekat yang berasal dari sistem budaya batak dalihan na tolu.
Tahukah kawan Sabumiku, Dalihan na tolu adalah sistem hubungan kekerabatan berdasarkan keturunan darah dan menjadi dasar dasar ukuran pergaulan masyarakat Batak tanpa melihat kedudukan seseorang berdasarkan usia, pangkat, ataupun jabatan. Dalihan na tolu memiliki unsur, antara lain: hula-hula/mora (keluarga pihakistri/ibu), boru/anak boru (kelompok keluarga yang mengambil istri), dongan tubu/kahanggi (teman semarga). Ketiga unsur tersebut terlibat dalam berbabagi upacara adat batak.
Mangupa-ngupa dalam budaya Batak toba, Mandailing dan Angkola tujuannya adalah tondi. Tondi digambarkan sebagai roh yang bersemayam dalam tubuh yang tak terpisahkan. Dinilai sebagai pembentuk pribadi, menghubungkan nyawa dengan jiwa, serta pikiran dengan nurani hati manusia.
Jika tondi meninggalkan tubuh seseorang, maka akan kehilangan semangat hidup, mukanya pucat, bahkan menjadi bisa menjadi sakit. Nah, mangupa dianggap mampu menguatkan tondi, meningkatkan daya di dalam dirinya dengan memperkuat ikatan antara roh dengan tubuh.
Mangupa-Ngupa Adat Batak, Ini yang Perlu Disiapkan
Ada dua hal yang disiapkan dalam mangupa-ngupa, yaitu menghidangkan bahan-bahan (perangkat pangupa) dan nasihat pangupa (hata pangupa). Makanan pangupa-upa memiliki bahan yang berbeda sesuai dengan perayaannya. Misalnya, pasangan pernikahan menyediakan bahan-bahan seperti satu ekor ikan mas betina yang memiliki banyak telur. Harapannya pasangan telah diikat dalam satu tali pernikahan. Ikan mas banyak telur dengan doa agar pasangan memiliki banyak keturunan.
Adapaun bahan-bahan yang biasanya terdapat dalam upacara mangupa-ngupa, antara lain:
- Ayam/kambing/kerbau,
- nasi putih,
- telur ayam,
- garam,
- air putih,
- ikan,
- udang,
- daun ubi.
Semua bahan pangupa-upa tersebut disusun di atas induri (anyaman bambu tempat menampi beras). Semuanya diletakkan di depan orang yang di-upa-upa. Kemudian, orang-orang yang memberikan upa-upa (dalihan na tolu) berdiri di depan orang yang diupa-upa. Mereka sambil mengangkat hidangan pangupa dan menyebutkan kata-kata upaupa.
Mangupa-Ngupa Adat Batak Diberikan Ketika Mendapatkan Sukacita dan Mendapatkan Musibah
Pemberian upa-upa diberikan ketika mendapatkan sukacita dan setelah mendapatkan musibah. Upa-upa mendapat sukacita biasanya diberikan pada saat, antara lain:
- Perayaan pernikahan,
- Mendapatkan gelar/title,
- Kemenangan sesuatu,
- Kelahiran anak,
- hamil, dan sebagainya.
Upacara mangupa-ngupa sering diberikan orangtua kepada anaknya yang ikut serta dalam ujian dan mendapatkan gelar. Begitu pula biasanya diberikan kepada anak yang berangkat merantau.
Orang yang diberikan upa-upa biasanya diberikan nasihat-nasihat, agar tidak sombong, tidak lupa dengan orang tua atau kampung halaman, dan selalu mengucapkan syukur kepada Tuhan.
Sebaliknya, mangupa diberikan setelah mendapatkan musibah atau marabahaya (parmaraan), misalnya sakit, terkejut, kecelakaan, dan lain-lain. Upa-upa diberikan agar tondi orang-orang yang sakit, lemah, dan mengalami kecelakaan tidak meninggalkan tubuh orang tersebut. Tujuannya mereka memperoleh ketenangan atau disebut “mulak tondi tu badan”.
Jadi, mangupa yang diberikan saat sukacita maupun dukacita bertujuan menguatkan tondi. Nasihat pangupa dan bahan-bahannya diharapkan bisa memberikan semangat dalam menjalani kehidupannya. Pemberian hidangan pangupa langsung kepada orang yang diupa-upa melambangkan agar semangat dan doa yang diterima langsung kepada orang yang mangupa-upa.