Maafkan Anakmu Mungkin Tidak Mudik Lebaran ini

Tahun ini, Ayah sangat berharap anak-anaknya bisa berkumpul di rumah, apalagi setelah ibu pergi, tetapi tidak mudik lebaran seperinya menjadi pilihan. Ia merasa sepi, meski masih ada anak yang tinggal bersamanya.
Kami pun berjanji akan berkumpul merayakan bersama untuk mengisi kekosongan ditinggalkan kekasih hatinya. Sebagai buah cintanya, tentu sebagai anak-anaknya tidak mau melihat Ayah patah hati dalam waktu yang lama. Waktu menelpon terakhir, Ayah senang sekali mendengar cucunya yang tinggal di Jawa Barat mengatakan akan pulang. “Tunggu di rumah ya kek, lebaran nanti kita main kereta-keretaan di rumah,” Sang Kakek tertawa tak tertahan. Terbahak-bahak. Bahagia mendengar cucu akan mudik.
Waktu itu isu virus corona masih sayup-sayup terdengar di Indonesia, meski Negara Cina sedang gempar mengunci Kota Wuhan. Pejabat di Indonesia masih tampak tenang, seolah virus itu seperti flu biasa. Ada pula yang bilang orang Indonesia kuat, enggak bakal terjangkit corona. Pemerintah mungkin ingin warganya tenang. Tetapi berita buruk terus mengusik. zaman internet begini informasi tak bisa dibendung. Sebagian warga mulai mengingatkan Pemerintah kalau kondisi di luar negeri semakin gawat, seperti Italia dan Iran.
Hingga, awal Maret 2020, Pemerintah Pusat mengumumkan terdapat kasus Virus Corona 2 orang, lengkap dengan lokasi, bahkan identitas pasien terkuak. Sontak sebagian warga panik, tetapi terus diupayakan untuk merasa tenang. Agar tidak terjadi keresahan, panic buying dan menjadi stres.
Memasuki minggu kedua bulan Maret, jumlah positif corona kitan bertambah ratusan orang, jumlah meninggal juga meningkat. Pemerintah Daerah pun mengumumkan meliburkan sekolah, perkantoran, dan ibadah pun di sarankan #dirumahaja. Kota Jakarta yang begitu ramai jauh lebih sepi. Semua Kabupaten/Kota Jawa Barat pun begitu juga, meski masih ada saja orang keluar rumah, walaupun kegiatannya tidak begitu penting. Semua kegiatan mengundang keramaian dilarang, pihak kepolisian pun dilibatkan untuk membubarkan kerumunan.
Tidak Mudik Lebaran Menjadi Pilihan
Jumlah pasien positif yang semakin banyak, beberapa ahli menyebutkan masa puncak penyebaran corona bisa mencapai Bulan Mei 2020. Masanya bulan puasa akan berganti masa lebaran. Hari yang dinanti Ayah, agar bisa berkumpul dengan anak-anaknya. Semua orang tua di negeri ini mungkin punya harapan yang sama.
Pemerintah sangat berhati-hati dengan kondisi keramaian mudik lebaran. Ujian nasional saja dibatalkan oleh Pemerintah melalui Kemendibud. Apalagi musim mudik lebaran. Sayup-sayup mulai tersiar kabar libur hari raya Idul Fitri juga akan ditiadakan, tidak ada mudik, dan warga sepertinya tidak akan dibiarkan pulang ke kampung halaman.
Kampung Halaman di Medan sama tak aman dengan tempat tinggal di perantauan. Begitu pula kondisi perjalanannya yang sangat jauh dan pasti akan bertemu banyak orang. Dari hati kecil seorang anak ingin bertemu, tetapi kondisi tampaknya semakin sulit.
Untuk itu, menelpon Ayah mungkin dapat membuatnya lebih mengerti keadaan. “Mungkin kami enggak pulang kek. Kata Ayah dan Ibu ada virus corona. Kakek tahu kan? Kita enggak boleh keluar rumah loh kek.” Sang kakek menerima keadaan. “Enggak apa-apa yang penting kalian sehat,” kata kakek menutup telepon.
Ketika tulisan ini dibuat, Pemerintah belum membuat pengumuman tentang mudik lebaran. Tetapi melihat pendapat para ahli tentang puncak penyebaran virus corona, mudik ke kampung halaman tampaknya tidak menjadi pilihan tahun ini. Semoga penyebaran COVID-19 terhenti dan kondisi semakin baik. Agar semua kegiatan pulih dan bisa bertemu dengan orang tua di tanah kelahiran.