Filosofi Pakaian Adat Baduy yang Dipakai Presiden Jokowi Saat Pidato Kepresidenan Tahun 2021

Filosofi Pakaian Adat Baduy yang Dipakai Presiden Jokowi Saat Pidato Kepresidenan Tahun 2021

Pakaian adat Baduy yang dipakai Presiden Jokowi menjadi pembicaraan netizen, banyak memuji, namun ada pula yang mencaci. Padahal, setiap pakai memiliki nilai luhur yang harus dihormati bersama sebagai bagian dari suku bangsa di Indonesia.

Menurut beberapa literatur, penyebutan orang Baduy atau urang Baduy disematkan oleh orang luar kepada penduduk Desa Kanekes. Karena identik dengan masyarakat yang hidup berpindah-pindah.

Sementara mereka menyebut masyarakat mereka sebagai urang Kanekes atau urang Rawayan. Penyebuatan juga berdasarkan kampung asalnya, seperti urang Cibeo, urang Cikertawana, urang Tangtu, atau urang Panamping.

Selain dari sisi keyakinan, adat, dan sistem kemasyarakatan, salah satu ciri yang sangat pada orang Baduy adalah pakaian yang mereka dikenakan. Nah, jenis pakaian yang dipakai Presiden Joko Widodo saat pidato kepresidenan sontak menjadi pembicaraan, karena memakai baju yang mirip seperti yang dikenakan orang Baduy Luar.

Ciri Khas Pakaian Adat Baduy Dalam dan Baduy Luar Ternyata Berbeda

Pakaian orang Baduy Dalam dan pakaian masyarakat Baduy Luar itu berbeda. Begitu pula, antara pakaian yang antara laki-laki dan perempuan juga tidak sama. Sementara, pakaian seorang Puun dan petinggi adat lainnya biasanya sama seperti yang dikenakan pakaian warga Baduy umumnya.

Pakaian masyarakat Baduy Dalam adalah berwarna putih alami dan biru tua dan bahannya dibuat sendiri dari serat daun pelah. Adapaun ciri-ciri baju yang dipakai laki-laki Baduy antara lain:

  • Mengenakan lkat kepala berwarna putih alami, yang disebut romal, iket, atau telekung.
  • Pakaian berwarna putih, berlengan panjang seperti kaos tanpa kerah dan tanpa kancing yang disebut kutung.
  • Memakai sejeni kain sarung atau handuk dengan panjang sekitar 30-40 cm (pinggang sampai lutut), berwarna biru tua, disebut aros. Cara memakainya dengan dililitkan di pinggang dan diikat dengan tali dari kain yang disebut beubeur (ikat pinggang).

Pakaian perempuan Baduy Dalam memiliki ciri khas sebagai berikut:

  • Mengenakan Kemben (sejenis selendang) yang digunakan untuk menutupi tubuh bagian atas atau baju kaos.
  • Lunas yiatu kain yang digunakan untuk menutupi tubuh bagian bawah. Banyak orang tua yang hanya menggunakan kain lunas (dari batas dada ke bawah). Kaum wanita Baduy Dalam juga tidak mengenakan pakaian dalam.

Ciri khas Baduy Luar tersebut berbeda dengan Baduy Luar, pakaian mereka kenakan juga terdiri atas tiga bagian, yaitu :

  • Ikat kepala berwarna biru nila yang disebut merong.
  • Baju berwarna hitam dan atau biru tua dengan garis-garis putih disebut jamang komprang atau jamang kampret.
  • Kain sarung berwarna hitam (disebut poleng hideung) atau celana pendek yang disebut calana komprang (celana pendek sebatas lutut).

Pakaian perempuan Badu Luar memiliki ciri, sebagai berikut:

  • Kebaya dan kain berwarna biru.
  • Bahan pakaian wanita juga sama dengan bahan pakaian pria panamping.

Kesamaan pakaian antara pemuka adat dan masyarakat umum sangat menarik, karena memiliki nilai dan arti tersendiri. Nilai yang tidak sama dengan cara berpakaian masyarakat moderen.

Filosofi Pakaian Adat Baduy tentang Kebersamaan dan Kesederhanaan

Seperti yang sering kita lihat, penampilan masyarakat baduy sangat sederhana. Mereka memakai baju dengan warna dan model yang sama. Pakaian adat Baduy memiliki nilai kesederhanaan dan kebersamaan.

Dari cara berpakaian, masyarakat Baduy tampil dengan sederhana yang diwujudkan dalam pergaulan rukun, akrab, dan erat dalam kehidupan sehari-hari. Orang Baduy tidak tidak suka konflik, karena hanya akan membuat keonaran dalam masyarakat.

Filosofi orang Baduy juga mengutamakan hidup yang tenteram dengan caca berlaku hati-hati, waspada, dan penuh perhitungan dalam melakukan sesuatu. Selain itu, menghargai pendapat dan perasaan orang lain. Nilai yang mungkin ingin dikenalkan oleh Presiden Joko Widodo saat melakukan Pidato Kenegaraan pada tanggal 16 Agustus 2021.

Artikel menarik lainnya: Detik-Detik Pembacaan Teks Proklamasi, Kemerdekaan Indonesia Bukan Hadiah dari Jepang

admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *