Budaya Indonesia

Desa Wisata Cangkuang Garut Akan Menjadi Ekslusif, Ini Alasan Pengembangannya!

Desa Wisata Cangkuang akan menjadi desa wisata eksklusif. Bupati memiliki alasan yang kuat, karena memiliki nama legendaris, yakni Cangkuang. Hal itu dinyatakan Bupati Garut Rudy Gunawan bahwa nama itu nama legendaris.

Apalagi Desa Wisata Cangkuang sudah terkenal. Sehingga, Pemerintah daerah akan mengeluarkan anggaran diberikan langsung ke desa. Nantinya, Situ Cangkuang diharapkan akan dikembangkan, termasuk menyediakan beberapa fasilitas termasuk olahraga. Bupati Garut juga mengingatkan untuk menjaga sawah-sawahnya dan lingkungan alamnya agar menjadi bagian dari daya tarik orang untuk datang ke Garut.

Situ Cangkuang memiliki luas sekitar 31 hektar dan Desa Wisata Cangkuang akan menggunakan lahan seluas 5 hektar untuk Desa Wisata Cangkuang. Dana dari Pemkab Garut akan digunakan untuk pembangunan infrastruktur, antara lain: penerangan, infrastruktur jalan, dan pembangunan spot-spot foto atau wahana-wahana menarik lainnya.

Desa Wisata Cangkuang, Kenapa Menarik Dikembangkan untuk Tempat Wisata di Garut?

Desa Cangkuang berada di Kecamatan Leles, Kabupaten Garut. Tempat yang indah dikelilingi oleh empat gunung besar di Jawa Barat, yang antara lain Gunung Haruman, Gunung Kaledong, Gunung Mandalawangi dan Gunung Guntur.

Nama Cangkuang diambil dari nama pohon Cangkuang yang ada di sekitar makam Embah Dalem Arif Muhammad. Pohon Cangkuang adalah sejenis pohon pandan (Pandanus furcatus). Dulu, daunnya dimanfaatkan untuk membuat tudung, tikar atau pembungkus gula aren.

Candi Cangkuang menjadi daya tarik yang ada di puncak Kampung Pulo. Pengunjung melihat candi tersebut harus melalui situ (danau) menaiki rakit. Lokasi candi berada di pintu masuk kawasan cagar budaya sekitar 300 M. Candi Cangkuang dikelilingi perairan dan seperti membentuk sebuah pulau kecil.

Embah Dalem Arif Muhammad bersama masyarakat setempat membendung daerah ini, sampai membentuk sebuah danau dengan nama Situ Cangkuang. Keberadaan Cangkuang membuktikan bahwa Kampung Pulo waktu telah dihuni oleh penduduk beragama Hindu. Kedatangan Embah Dalem Arif Muhammad membuat penduduk berubah menganut agama Islam, namaun ajaran Hindu tetap terlihat di sana seperti hari Rabu menjadi hari besar bukan hari Jum’at.

Candi Cangkuang ditemukan berupa kerangka bangunan pada tahun 1966. Temuan tersebut membuat Tim Sejarah Leles untuk meneliti di daerah tersebut, hingga tahun 1968. Lalu dilaksanakan pemugaran pada tahun 1974 dan ditemukan kembali batu candi yang menjadi bagian dari kaki candi. Sehingga, susunan candi menjadi lengkap mulai dari kaki candi, tubuh, atap I, atap II dan puncak.

Candi Cangkuang di Garut adalah temuan penting dibidang kebudayaan ataupun sejarah di Jawa Barat. Sebagi candi yang pertama kali dipugar, dan mengisi kekosongan sejarah antara Purnawarman dan Pajajaran. Dari penelitian, para ahli Arkeologi menyatakan Candi Cangkuang berdiri Abad VIII. Dasarnya dilihat dari kelapukan batuan dan bentuknya yang masih sederhana dan tidak ditemukan relief.

Kampung Pulo Cuma Ada Enam Kepala Keluarga

Tahukah kamu, Kampung Pulo adalah kampung kecil yang hanya terdapat enam buah rumah dan enam kepala keluarga. Ketentuan adat di kampung ini jumlah rumah dan kepala keluarga harus enam yang disusun tiga rumah di sebelah kiri dan tiga rumah dicsebelah kanan yang saling berhadapan. Ada satu masjid sebagai tempat ibadah.

Rumah di sana tidak boleh ditambah atau dikurangi. Apabila seorang anak telah dewasa dan menikah, maka paling lambat dalam waktu dua minggu, harus meninggalkan rumah tempat asalnya. Mereka harus keluar dari lingkungan keenam rumah adat tersebut.

Orang yang telah keluar dari Kampung Pulo bisa kembali ke asalnya apabila ada  salah satu keluarga meninggal dunia dengan syarat harus anak wanita dan ditentukan atas pemilihan keluarga setempat.

Tradisi Kampung Cangkuang di Garut ini sangat menarik dan membuat kawasan tersebut menjadi tempat wisata di Garut. Pengembangan kampung wisata jangan sampai mengubah kondisi kehidupan budaya di sana.

Artikel menarik lainnya:

Ketupat Makanan Tradisi Indonesia, Fakta Pengolahannya Sangat Menarik

Babi Bagi Masyarakat Sumba Barat, Penting Mana Dibandingkan dengan Kerbau?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *