Babi Bagi Masyarakat Sumba Barat, Penting Mana Dibandingkan dengan Kerbau?

Babi bagi masyarakat Sumba Barat bukan hewan yang menjijikkan, namun memiliki kegunaan yang beragam bagi masyarakat Sumba Barat. Babi sebagai hewan yang dikonsumsi. Kuda digunakan sebagai alat transportasi, dan kerbau digunakan untuk membajak sawah. Secara sosial dan budaya ketiganya memiliki peran penting bagi masyarakat. Tidak ada pesta atau ritual adat tanpa menyertakan babi, kuda, dan kerbau.
Upacara perkawinan dan kematian adalah waktunya masyarakat Sumba Barat melakukan pertukaran hewan adat dalam skala besar. Hewan-hewan tersebut akan ditunjukkan ketika digiring ke pesta adat. Jumlah hewan adat yang banyak akan menaikkan gengsi keluarga yang melaksanakan pesta. Semakin banyak jumlah hewan, maka semakin besar pengakuan secara sosial dan ekonomi yang dimiliki.
Nilai hewan tidak diukur dari kualitas, tetapi berdasarkan jumlah dan ukuran untuk disertakan dalam urusan adat. Ukuran hewan tgersebut tidak mengikuti ukuran umum yang berlaku. Nilai seekor babi diukur berdasarkan jumlah pemiliknya. Saat dibawa ke pesta adat, babi biasanya dimasukkan ke dalam kerangkeng bambu. Lalu dipikul secara beramai-ramai.
Kalau kerbau diukur dari panjang tanduk. Ukuran tanduk merujuk pada umur kerbau. Usia kerbau dianggap penting karena makna dibaliknya sebagai waktu yang dihabiskan untuk membesarkan mereka, dan modal biologis yang dikeluarkan pemiliknya. Umur hewan yang dimiliki seseorang terutama kerbau menjadi track record perjalanan hidup seseorang.
Taring Babi dan Kerbau Menjadi Simbol Status Keluarga di Sumba Barat
Setelah pesta adat dilakukan, orang Sumba biasanya menyimpan tanduk kerbau dan taring babiyang telah disembelih. Ada makna simbolis yang melekat pada hewan-hewan tersebut yang tidak hanya berlaku dikala hidup.
Setelah mati pun simbol status tersebut masih melekat. Semakin banyak tanduk kerbau yang disimpan, memilik arti telah begitu banyak melakukan pesta. Hal itu menunjukkan kedudukan secara sosial pada masyarakat.
Namun nilai adat yang begitu tinggi yang berlaku pada masyarakat, mulai memberatkan kaum muda. Karena kemewahan pesta harus memberikan kerbau, babi, dan kuda dalam jumlah banyak membutuhkan biaya yang besar pula. Sehingga, bisa terjadi konflik sosial dan ekonomi. Apalagi harga kerbau dan babi semakin mahal seiring waktu.
Jumlah Belis (mas kawin yang diserahkan) dalam perkawinan berbeda-beda. Jika tidak mampu memberikannya, maka harus tetap dilakukan penyerahan sisa belis yang tertunda sampai diminta oleh pihak pihak perempuan. Penundaan pemberian belis menjadi simbol pertukaran timbal balik yang melibatkan keluarga besar. Setiap anak laki-laki diharapkan mampu membawa kerbau dari usaha pribadi bukan mendapatkan dari pinjaman.
Hewan-hewan tersebut tidak diberikan begitu saja. Namun, ada aturan pertukaran adat yang harus membalas hewan yang telah diberikan. Itu artinya si penerima hewan akan berhutang dan harus menyediakannya suatu ketika pemberi hewan melakukan pesta suatu hari kelak.
Memelihara Babi Bagi Masyarakat Sumba itu Wajib
Tahukah Kawan Sabumi, babi menjadi binatang yang wajib dipelihara orang Sumba. Alasannya juga tidak sederhana, bukan karena mereka sekedar suka makan babi. Soalnya babi adalah hewan yang memiliki fungsi sosial budaya dalam masyarakat Sumba.
Babi bagiĀ masyarakat Sumba sangat penting dalam acara upacara data, seperti perkawinan adat, pesta adat dan upacara sembahyang adat. Acara pesta adat, syukuran suka cita, duka cita orang meninggal, babi merupakan hewan ternak yang sangat penting. Pihak yang membawa babi dalam acara pesta adat dan memiliki ikatan kekerabatan karena kawin-mawin dan persahabatan.
Informasi menarik lainnya: Situ Bagendit Garut yang Gadang-Gadang Menjadi Tempat Wisata Dunia Oleh Ridwan Kamil